14
Yesus menyembuhkan orang sakit lagi pada Hari Sabat
1-3 Pada suatu Hari Sabat, Yesus pergi ke rumah seorang Farisi yang terkemuka dan makan di sana. Para anggota kelompok Farisi terus mengamati-amati Dia karena mereka mau mencari-cari kesalahan yang bisa mereka pakai untuk menuduh-Nya melanggar peraturan Hari Sabat. Jadi bukan suatu kebetulan, seorang laki-laki yang sakit busung— tangan dan kakinya bengkak, diberikan tempat duduk di hadapan Yesus. Lalu Yesus bertanya kepada para ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang hadir, “Menurut Hukum Taurat, boleh atau tidak menyembuhkan orang sakit pada Hari Sabat?”
4 Tetapi mereka diam saja. Lalu Yesus menjamah dan menyembuhkan orang sakit itu, dan menyuruhnya pergi.
5 Kemudian Dia berkata kepada setiap mereka, “Kalau anakmu atau sapimu jatuh ke dalam sumur pada Hari Sabat, pasti kamu juga akan mengangkatnya dari sumur itu— bukan?!”
6 Siapa pun di antara mereka tidak ada yang sanggup melawan pernyataan Yesus itu.
Janganlah tinggi hati
7 Yesus melihat bagaimana para undangan berusaha duduk di tempat-tempat yang terhormat. Oleh karena itu Dia menyampaikan perumpamaan ini kepada mereka masing-masing.
8 “Ketika seseorang mengundang kamu ke pesta pernikahan, janganlah kamu duduk di tempat yang terhormat. Karena ada kemungkinan tuan rumah sudah mengundang seseorang yang lebih terhormat darimu.
9 Kalau hal itu terjadi, tuan rumah itu akan datang dan berkata, ‘Tolong berikan tempat ini kepada sobat saya ini.’ Dan dengan rasa malu kamu akan pindah ke tempat yang paling jauh dari tempat terhormat.
10 Tetapi ketika kamu diundang ke pesta pernikahan, duduklah di tempat yang jauh dari tempat terhormat. Sehingga orang yang mengundangmu mungkin akan datang dan berkata kepadamu, ‘Sobat, duduklah di tempat yang lebih terhormat!’ Dengan begitu kamu akan mendapat penghormatan di depan semua orang yang hadir di situ.
11 Karena siapa yang meninggikan dirinya akan direndahkan oleh Allah. Dan siapa yang merendahkan hatinya akan ditinggikan-Nya.”
12 Lalu Yesus berkata kepada orang Farisi yang mengundang-Nya itu, “Ketika kamu mengadakan pesta makan, janganlah kamu hanya mengundang teman-temanmu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu, atau tetangga-tetanggamu yang kaya. Karena pada kesempatan yang lain, mereka akan membalasnya dengan balik mengundangmu ke pesta mereka.
13 Tetapi ketika kamu mengadakan pesta, undanglah juga orang-orang yang miskin, cacat, lumpuh, dan buta.
14 Mereka itu tidak akan mampu membalasnya. Tetapi Allah-lah yang akan membalasnya dan memberkatimu. Dan balasannya juga akan kamu terima ketika orang-orang benar dihidupkan kembali.”
Perumpamaan tentang pesta makan yang besar
(Mat 22:1-10)
15 Ketika salah satu tamu yang duduk makan di situ mendengar hal itu, dia berkata kepada Yesus, “Sungguh diberkati Allah setiap orang yang nanti diundang ke pesta makan yang diadakan di dalam Kerajaan Allah.”
16 Lalu Yesus berkata kepadanya, “Pada suatu waktu adalah seorang kaya yang mengundang banyak orang kepada suatu pesta makan yang sangat besar.
17 Ketika pesta itu sudah siap dimulai, dia menyuruh budaknya pergi kepada para undangan dengan berkata, ‘Mari datanglah karena semuanya sudah siap.’
18 Tetapi setiap mereka mempunyai alasan sehingga mereka tidak bisa datang. Orang yang pertama berkata, ‘Saya sudah membeli ladang dan harus pergi melihatnya. Saya minta maaf.’
19 Yang lain berkata, ‘Saya sudah membeli lima pasang sapi kebiri. Saya mau berangkat sekarang untuk mencobanya. Saya minta maaf.’
20 Dan yang lain lagi berkata, ‘Saya baru saja menikah. Karena itu saya tidak bisa datang. Maaf!’
21 Budak itu kembali dan menceritakan semua itu kepada tuannya. Tuan itu pun marah, lalu berkata kepadanya, ‘Segeralah pergi ke jalan-jalan dan gang-gang kota ini. Ajaklah ke sini orang-orang miskin, cacat, buta, dan lumpuh.’
22 Tidak lama kemudian budak itu datang dan melaporkan, ‘Tuan, apa yang Tuan perintahkan sudah saya lakukan, tetapi masih ada tempat yang kosong.’
23 Kemudian tuan itu berkata kepadanya, ‘Pergilah ke jalan-jalan raya dan jalan-jalan kecil di luar kota. Desaklah siapa saja untuk datang ke sini supaya rumah saya penuh.
24 Dan saya bersumpah bahwa mereka yang sudah menolak undangan saya itu tidak akan datang dan tidak akan makan sedikit pun dari makanan yang disediakan untuk pesta saya ini!’”
Tekad orang-orang yang mau menjadi pengikut Yesus
(Mat 5:13, 10:37-39; Mrk 8:34-38, 9:50; Luk 9:21)
25 Sesudah itu banyak orang yang ikut berjalan bersama Yesus. Dia berbalik melihat kepada mereka dan berkata,
26 “Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mau menjadi pengikut-Ku, dia harus mengasihi-Ku lebih daripada ibu bapaknya, anak-anak dan istrinya, semua saudara dan saudarinya, bahkan dirinya sendiri.
27 Kamu tidak mungkin menjadi pengikut-Ku kalau tidak mengikut Aku terus dengan pikiran seperti ini, ‘Sampai mati pun— bahkan sampai mati disalibkan, saya akan tetap mengikut Tuhan.’
28 “Keputusanmu untuk mengikut Aku dapat digambarkan seperti contoh berikut ini: Seandainya ada orang yang berencana membangun sebuah menara, pastilah dia lebih dulu menghitung biayanya, supaya dia tahu kalau dananya cukup untuk menyelesaikan pekerjaan itu.
29 Jangan sampai dia hanya bisa membangun pondasinya dan tidak mampu menyelesaikannya. Karena setiap orang yang melihatnya nanti akan mengejek dia,
30 ‘Orang yang membangun di sini bodoh, karena dia mulai membangun, tetapi tidak mampu menyelesaikannya!’
31 Atau contoh lain, kalau seorang raja mempunyai sepuluh ribu tentara, tetapi raja lain yang mempunyai dua puluh ribu tentara sedang berencana untuk menyerang dia, pastilah raja yang pertama itu lebih dulu menimbang-nimbang begini, ‘Apakah aku sanggup melawan musuhku itu?’
32 Kalau dia merasa bahwa tentaranya tidak sanggup melawan tentara musuhnya itu, maka selagi musuhnya itu masih jauh, dia akan mengutus beberapa tokoh masyarakat untuk membicarakan syarat-syarat untuk berdamai.
33 “Begitu juga dengan kalian masing-masing! Kalau harta milikmu lebih penting daripada Aku, kamu tidak termasuk pengikut-Ku.”
34 “Setiap kalian yang mengikut Aku adalah seperti garam. Garam memang dipakai untuk membuat makanan menjadi lebih enak, tetapi kalau rasa asinnya sudah hilang, garam itu tidak berguna sama sekali—
35 baik untuk ladang maupun untuk pupuk. Akhirnya garam itu dibuang saja.
“Kalian punya telinga— bukan?! Jadi dengarkanlah baik-baik!”