Ada banyak pengertian yang salah mengenai identitas Roh Kudus. Ada beberapa yang menganggap Roh Kudus sebagai suatu kuasa mistis. Yang lainnya memandang Roh Kudus sebagai semacam kuasa yang Allah berikan kepada para pengikut Kristus. Apa yang Alkitab katakan mengenai identitas Roh Kudus? Secara sederhana " Alkitab mengatakan bahwa Roh Kudus adalah Allah. Alkitab juga mengatakan bahwa Roh Kudus adalah sebuah Pribadi yang memiliki akal budi, perasaan dan kehendak.
Fakta bahwa Roh Kudus adalah Allah dapat dilihat dengan jelas dalam banyak ayat-ayat Alkitab, termasuk Kisah Rasul 5:3-4. Dalam ayat ini Petrus mengkonfrontir Ananias yang berbohong kepada Roh Kudus dan memberitahu dia bahwa Ananias bukan "mendustai manusia tetapi mendustai Allah." Ini adalah merupakan sebuah pernyataan yang jelas bahwa berbohong kepada Roh Kudus adalah berbohong kepada Allah. Kita juga mengetahui bahwa Roh Kudus adalah Allah karena Dia memiliki atribut-atribut atau karakteristik-karakteristik Allah. Contoh bahwa Roh Kudus mahahadir dapat dilihat dalam Mazmur 139:7-8: "Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau." Kemudian di dalam 1 Korintus 2:10 kita menemukan kemahatahuan dari Roh Kudus. "Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah. Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah."
Kita mengetahui bahwa Roh Kudus adalah sebuah Pribadi karena Dia memiliki akal budi, perasaan dan kehendak. Roh Kudus berpikir dan mengetahui (1 Korintus 2:10). Roh Kudus dapat berduka (Efesus 4:30). Roh Kudus berdoa syafaat bagi kita (Roma 8:26-27). Roh Kudus membuat keputusan sesuai dengan kehendakNya (1 Korintus 12:7-11). Roh Kudus adalah Allah, "Pribadi" ketiga dari Trinitas. Sebagai Allah, Roh Kudus dapat betul-betul berfungsi sebagai Penghibur dan Penasehat yang Yesus janjikan (Yohanes 14:16, 26; 15:26).
Bahasa lidah pertama kali terjadi pada Hari Pentakosta dalam Kisah Rasul 2:1-4. Para rasul keluar dan membagikan Injil dengan orang banyak dan berbicara kepada mereka dalam bahasa mereka masing-masing, "kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah!" (Kisah Rasul 2:11). Kata Bahasa Yunani yang dalam Bahasa Inggris diterjemahkan sebagai "lidah" secara harafiah berarti "bahasa" sebagaimana diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia. Karena itu, karunia berbahasa lidah adalah karunia untuk berbicara dalam bahasa yang si pembicara tidak kuasai supaya orang yang mengerti bahasa tsb dapat dilayani. Dalam 1 Korinuts 12-14 di mana Paulus mendiskusikan karunia-karunia yang ajaib, dia berkomentar bahwa "Jadi, saudara-saudara, jika aku datang kepadamu dan berkata-kata dengan bahasa roh, apakah gunanya itu bagimu, jika aku tidak menyampaikan kepadamu penyataan Allah atau pengetahuan atau nubuat atau pengajaran?" Menurut Rasul Paulus, dan sesuai dengan bahasa lidah dalam kitab Kisah Rasul, bahasa lidah berguna bagi orang yang mendengar berita dari Tuhan dalam bahasa mereka sendiri, namun tidak ada artinya bagi orang lain, kecuali kalau dijelaskan/diterjemahkan.
Orang yang memiliki karunia untuk menafsirkan bahasa lidah (1 Korintus 12:30) dapat mengerti apa yang dikatakan orang dalam bahasa lidah sekalipun dia tidak mengerti bahasa itu sendiri. Penafsir bahasa lidah kemudian akan menjelaskan berita yang disampaikan dalam bahasa lidah itu kepada orang-orang lain sehingga semua orang bisa mengerti. "Karena itu siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia harus berdoa, supaya kepadanya diberikan juga karunia untuk menafsirkannya" (1 Korintus 14:13). Konklusi Paulus mengenai bahasa lidah yang tidak ditafsirkan sangat kuat. "Tetapi dalam pertemuan Jemaat aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, dari pada beribu-ribu kata dengan bahasa roh" (1 Korintus 14:19).
Apakah karunia berbahasa lidah berlaku untuk zaman sekarang? 1 Korintus 13:8 mengatakan bahwa karunia bahasa lidah sudah berakhir, walaupun berakhirnya itu dihubungkan dengan datangnya "yang sempurna" dalam 1 Korintus 13:10. Sebagian orang melihat berkurangnya nubuat dan berhentinya bahasa lidah sebagai bukti bahwa bahasa lidah akan berakhir sebelum "yang sempurna" itu datang. Walaupun ini mungkin, namun hal ini tidak jelas dalam ayat ini. Sebagian orang menunjuk pada ayat-ayat seperti Yesaya 28:11 dan Yoel 2:28-29 sebagai bukti bahwa bahasa lidah adalah tanda dari datangnya penghakiman Tuhan. 1 Korintus 14:22 menjelaskan bahwa bahasa lidah adalah "tanda bagi yang tidak percaya." Menurut jalan pikiran ini, karunia bahasa lidah adalah peringatan bagi orang-orang Yahudi bahwa Allah akan menghakimi Israel karena penolakan mereka terhadap Mesias. Karena itu waktu Tuhan betul-betul menghakimi Israel (dengan hancurnya Yerusalem pada tahun 70 AD di tangan Roma), karunia bahasa lidah tidak lagi diperlukan. Walapun pandangan ini mungkin, terpenuhinya maksud utama dari bahasa lidah tidak berarti bahasa lidah harus berakhir. Alkitab tidak pernah secara konklusif menyatakan bahwa karunia berbahasa lidah telah berakhir.
Pada saat yang sama, kalau karunia bahasa lidah masih aktif dalam gereja zaman ini, karunia itu harus dilakukan sesuai dengan Kitab Suci. Bahasa lidah harusnya merupakan bahasa yang sebenarnya dan bisa dimengerti (1 Korintus 14:10). Bahasa lidah dimaksudkan untuk mengkomunikasikan Firman Tuhan dengan orang dari bahasa yang berbeda (Kisah Rasul 2:6-12). Bahasa lidah harus sesuai dengan perintah yang Tuhan berikan melalui Rasul Paulus, "Jika ada yang berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya. Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah" (1 Korintus 14:27-28). Bahasa lidah juga harus tunduk kepada 1 Korintus 14:33, "Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera" (1 Korintus 14:33).
Sudah tentu Allah dapat memberi orang karunia berbahasa lidah untuk memampukan orang tsb berkomunikasi dengan orang yang berbahasa lain. Roh Kudus memiliki kedaulatan dalam membagikan karunia-karunia Roh (1 Korintus 12:11). Bayangkan saja bagaimana produktifnya para missionari kalau mereka tidak perlu ke sekolah bahasa dan dapat secara langsung berbicara kepada orang-orang dalam bahasa-bahasa mereka sendiri. Namun nampaknya Tuhan tidak bekerja seperti ini. Bahasa lidah tidak terjadi pada hari ini dengan cara yang sama dalam Perjanjian Baru sekalipun kalau terjadi itu akan sangat berguna. Kebanyakan orang-orang percaya yang mengaku berbahasa lidah tidak melakukannya sesuai dengan pengajaran Kitab Suci sebagaimana disebutkan di atas. Hal ini menghasilkan kesimpulan bahwa bahasa lidah sudah berakhir atau paling tidak jarang terjadi dalam gereja zaman sekarang.
Mereka yang percaya pada bahasa lidah sebagai "bahasa doa" untuk membangun diri sendiri mendapatkan pandangan itu dari 1 Korintus 14:4 dan/atau 14:28, "Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat" (1 Korintus 14:4). Dalam pasal 14, Paulus menekankan pentingnya bahasa lidah ditafsirkan (diterjemahkan), lihat 14:5-12. Apa yang Paulus katakan dalam ayat 4 adalah "Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat" (1 Korintus 14:4). Dalam Perjanjian Baru tidak diberikan instruksi untuk "berdoa dalam bahasa lidah." Perjanjian Baru sama sekali tidak memberikan instruksi yang spesifik mengenai "berdoa dalam bahasa lidah," atau secara khusus menggambarkan seseorang "berdoa dengan bahasa lidah." Selanjutnya jika "berdoa dalam bahasa lidah" adalah untuk membangun diri sendiri, bukankah itu tidak adil untuk mereka yang tidak punya karunia itu dan karenanya tidak dapat membangun diri mereka? 1 Korintus 12:29-30 jelas mengindikasikan bahwa tidak semua orang memiliki karunia berbahasa lidah.
Kasus tentang "menghujat Roh Kudus" disebut dalam Perjanjian Baru dalam Markus 3:22-30 dam Matius 12:22-32. Istilah menghujat dapat secara umum didefinisikan sebagai penghinaan secara sengaja. Kita biasanya menerapkan istilah ini pada dosa seperti mengutuki Tuhan atau secara sengaja menodai hal-hal yang berhubungan dengan Tuhan. Termasuk juga menuduh Tuhan untuk hal-hal yang jahat, atau menyangkali hal-hal yang baik yang seharusnya kita akui sebagai dari Tuhan. Namun kasus penghujatan ini adalah sebuah kasus khusus, yaitu penghujatan terhadap Roh Kudus dalam Matius 12:31. Dalam Matius 12:31-32, orang-orang Parisi setelah menyaksikan bukti yang tak dapat dibantah bahwa Yesus melakukan mujizat dengan pertolongan Roh Kudus, sebaliknya malah mengatakan bahwa Yesus dikuasai oleh "Beelzebul" (Matius 12:24). Perhatikan bahwa dalam Markus 3:30 Yesus sangat spesifik bahwa apa yang mereka lakukan adalah "penghujatan terhadap Roh Kudus."
Penghujatan berhubungan dengan seseorang menuduh Yesus sebagai kerasukan Iblis dan bukannya dipenuhi dengan Roh. Ada cara-cara lain untuk menghujat Roh Kudus, tapi INI adalah penghujatan yang tidak dapat diampuni. Sebagai hasilnya penghujatan terhadap Roh Kudus tidak dapat diulangi pada zaman sekarang. Yesus Kristus tidak lagi ada dalam dunia namun duduk di sebelah kanan Allah. Tidak seorangpun dapat menyaksikan Yesus berbuat mujizat dan kemudian mengatakan itu adalah dengan kuasa Iblis dan bukannya dari Roh. Meskipun tidak ada penghujatan terhadap Roh Kudus pada zaman sekarang, kita harus selalu ingat bahwa ada cara hidup yang tidak dapat diampuni " cara hidup yang terus dalam ketidakpercayaan. Apabila seseorang mati dalam keadaan tidak percaya, tidak ada pengampunan yang bisa diberikan. Terus menerus menolak gerakan Roh Kudus yang mendorong untuk percaya pada Yesus Kristus adalah penghujatan yang tidak dapat diampuni. Ingat apa yang dikatakan dalam Yohanes 3:16, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." Satu-satunya kondisi di mana orang tidak dapat diampuni adalah kalau dia tidak termasuk dalam "barangsiapa yang percaya kepadaNya."
Tidak ada formula magis atau tes karunia Roh yang dapat memberitahu kita secara pasti apa yang menjadi karunia kita. Roh Kudus membagi-bagikan karuniaNya sesuai dengan keputusanNya (1 Korintus 12:7-11). Pada saat yang sama, Allah tidak ingin kita tidak memperdulikan dengan cara bagaimana Dia ingin kita melayani Dia. Masalahnya adalah kita dengan mudah terjebak dalam soal karunia-karunia Roh sehingga kita hanya melayani Tuhan dalam bidang yang kita rasa kita punya karunia. Karunia Roh bukanlah untuk maksud demikian. Allah memanggil kita untuk melayani Dia dengan ketaatan. Dia ingin memperlengkapi kita dengan karunia apapun yang kita butuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan yang Dia telah panggil kita lakukan.
Mengenali karunia rohani kita dapat dicapai dalam beberapa cara. Tes atau inventarisasi karunia rohani, walaupun tidak dapat disandari secara penuh, dapat menolong kita untuk memahami apa kira-kira yang menjadi karunia kita. Konfirmasi dari orang-orang lain juga dapat menerangi karunia rohani kita. Orang-orang yang memperhatikan pelayanan kita sering dapat mengenali karunia Roh yang kita tidak sadari. Doa juga merupakan faktor yang penting. Satu-satunya Pribadi yang tahu pasti karunia kita adalah sang Pemberi karunia itu " Roh Kudus. Kita dapat memohon kepada Tuhan untuk menunjukkan karunia kita sehingga kita dapat menggunakan karuniaNya itu dengan cara yang lebih baik untuk mempermuliakan Dia.
Betul, Tuhan memanggil beberapa orang untuk menjadi pengajar dan memberi mereka karunia untuk mengajar. Tuhan memanggil beberapa orang untuk menjadi pelayan-pelayan dan memberkati mereka dengan karunia untuk menolong. Namun mengetahui karunia kita tidak membatasi kita dari melayani dalam bidang di luar karunia kita. Apakah ada untungnya mengetahui karunia yang Tuhan berikan pada kita? Sudah tentu. Apakah salah kalau kita terlalu banyak menfokuskan diri pada karunia rohani sehingga kita kehilangan kesempatan untuk melayani Tuhan? Ya! Jika kita menyerahkan diri untuk dipakai oleh Tuhan, Dia akan memperlengkapi kita dengan karunia Roh yang kita butuhkan.
Ayat kunci dalam mendiskusikan kepenuhan Roh Kudus pada zaman ini adalah Yohanes 14:16 di mana Yesus menjanjikan bahwa Roh Kudus akan mendiami orang-orang percaya secara permanen. Adalah penting untuk membedakan berdiamnya Roh Kudus dan kepenuhan Roh Kudus. Berdiamnya Roh Kudus secara permanen bukanlah hanya untuk orang-orang percaya tertentu, tapi bagi semua orang percaya. Ada sejumlah referensi dalam Alkitab yang mendukung kesimpulan ini. Yang pertama adalah bahwa Roh Kudus adalah hadiah bagi semua orang yang percaya pada Yesus Kristus tanpa perkecualian dan tanpa syarat kecuali iman di dalam Yesus Kristus (Yohanes 7:37-39). Kedua, Roh Kudus diberikan saat keselamatan. Efesus 1:13 mengindikasikan bahwa Roh Kudus diberikan pada momen keselamatan. Galatia 3:2 juga menekankan kebenaran yang sama dengan mengatakan bahwa berdiamnya Roh Kudus dan dimeteraikan dengan Roh Kudus terjadi pada saat orang percaya. Ketiga, Roh Kudus mendiami orang-orang percaya secara permanen. Roh Kudus diberikan pada orang-orang percaya sebagai jaminan bagian kita, atau sebagai pembuktian dari masa depan yang mulia di dalam Kristus (2 Korintus 1:22; Efesus 4:30).
Ini bertolak belakang dengan perintah untuk dipenuhi dengan Roh Kudus sebagaimana yang dikatakan dalam Efesus 5:18. Kita perlu menaklukkan diri secara penuh pada Roh Kudus sehingga Dia dapat memiliki kita secara keseluruhan, dan dalam pengertian itu, memenuhi kita. Roma 8:9 dan Efesus 1:13-14 menjelaskan bahwa Dia berdiam dalam diri setiap orang percaya, namun Dia dapat didukakan (efesus 4:30) dan kegiatanNya dalam diri kita dipadamkan (1 Tesalonika 5:19). Ketika kita membiarkan ini terjadi, kita tidak akan mengalami secara penuh bagaimana Roh Kudus bekerja dan menyatakan kuasaNya di dalam dan melalui diri kita. Dipenuhi Roh Kudus berarti Dia bebas untuk menempati setiap bagian dari hidup kita, menuntun dan menguasai kita. KuasaNya dapat disalurkan melalui kita sehingga apa yang kita lakukan merupakan buah untuk Tuhan. Kepenuhan Roh Kudus bukan hanya berlaku untuk kelakuan belaka, namun juga untuk pikiran kita yang paling dalam dan motivasi dari perbuatan-perbuatan kita. Mazmur 19:15 mengatakan, "Mudah-mudahan Engkau berkenan akan ucapan mulutku dan renungan hatiku, ya TUHAN, gunung batuku dan penebusku."
Yang menghalangi kita dari dipenuhi oleh Roh Kudus adalah dosa, dan ketaatan kepada Tuhan adalah cara untuk mempertahankan kepenuhan Roh Kudus. Sekalipun pusat perhatian kita adalah dipenuhi oleh Roh sebagaimana diperintahkan dalam Efesus 5:18, berdoa untuk dipenuhi oleh Roh tidak bukan merupakan cara untuk mendapatkan kepenuhan itu. Hanya ketaatan kepada perintah-perintah Tuhan yang mengizinkan Roh Kudus bekerja dengan bebas dalam diri kita. Karena kita adalah makhluk yang berdosa, tidak mungkin kita senantiasa dipenuhi oleh Roh Kudus. Kita perlu segera membereskan dosa dalam hidup kita dan memperbaharui komimen kita untuk dipenuhi dan dipimpin oleh Roh Kudus.
Rasul Paulus dengan jelas mengajarkan bahwa kita menerima Roh Kudus pada saat kita percaya pada Yesus Kristus sebagai Juruselamat kita. 1 Korintus 12:13 mengatakan, "Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh." Roma 8:9 memberitahu kita bahwa jika seseorang tidak memiliki Roh Kudus, dia bukan milik Kristus - "Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus." Efesus 1:13-14 mengajar kita bahwa Roh Kudus adalah meterai keselamatan bagi setiap orang yang percaya, "Di dalam Dia kamu juga"karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu"di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya."
Dari ketiga ayat Alkitab ini jelas bahwa Roh Kudus pastilah diterima pada saat keselamatan. Paulus tidak bisa mengatakan bahwa kita semua telah dibaptiskan oleh satu Roh dan semua minum dari satu Roh jika tidak semua orang percaya di Korintus memiliki Roh Kudus. Roma 8:9 bahkan lebih tegas. Jika seseorang tidak memiliki Roh Kudus, dia bukan milik Kristus. Memiliki Roh Kudus adalah tanda pengenal dari keselamatan. Selanjutnya, Roh Kudus tidak mungkin menjadi "meterai keselamatan" (Efesus 1:13-14) jika Roh Kudus tidak diterima pada saat keselamatan. Banyak ayat Alkitab yang jelas sekali memperlihatkan bahwa keselamatan kita terjamin pada saat kita menerima Kristus sebagai Juruselamat.
Diskusi ini kontroversial karena pelayanan Roh Kudus sering disalah mengerti. Penerimaan/berdiamnya Roh Kudus terjadi pada momen keselamatan. Kepenuhan Roh Kudus adalah suatu proses yang terus berlanjut dalam kehidupan Kristiani. Walaupun kami percaya bahwa baptisan Roh Kudus juga terjadi pada momen keselamatan, ada orang-orang Kristen lainnya yang tidak percaya hal itu. Akibatnya, kadang-kadang baptisan Roh dikacaukan dengan "menerima Roh Kudus" sebagai sesuatu yang terjadi berikutnya sesudah orang diselamatkan. Sebagai kesimpulan, bagaimana kita menerima Roh Kudus? Kita menerima Roh Kudus dengan percaya pada Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat kita (Yohanes 3:5-16). Kapankah kita menerima Roh Kudus? Roh Kudus menjadi milik kita secara permanen saat kita percaya.
Baptisan Roh Kudus dapat didefinisikan sebagai karya Roh Allah yang mempersatukan orang percaya dengan Kristus dan dengan orang-orang percaya lainnya dalam Tubuh Kristus pada saat orang itu diselamatkan. 1 Korintus 12:12-13 dan Roma 6:1-4 adalah ayat-ayat utama dalam Alkitab yang mengajarkan doktrin ini. 1 Korintus 12:13 mengatakan, "Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh." Roma 6:1-4 mengatakan, "Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru." Meskipun Roma 6 tidak secara khusus menyebut Roh Allah, bagian Alkitab ini menggambarkan kedudukan orang percaya di hadapan Allah dan 1 Korintus 12 memberitahu kita bagaimana hal itu terjadi.
Tiga fakta perlu diperhatikan untuk menguatkan pengertian kita akan baptisan Roh. Pertama, 1 Korintus 12:13 dengan jelas menyatakan bahwa semua telah dibaptis sama seperti semua telah diberi minum (berdiamnya Roh Kudus). Kedua, Alkitab tidak pernah menasehati orang-orang percaya untuk dibaptiskan dengan/dalam/oleh Roh. Ini menunjukkan bahwa semua orang percaya telah mengalami pelayanan ini. Akhirnya, Efesus 4:5 nampaknya menunjuk pada baptisan Roh. Jikalau ini memang demikian, baptisan Roh adalah kenyataan hidup dari setiap orang percaya, sama seperti, "satu iman" dan "satu Bapa."
Sebagai kesimpulan, baptisan Roh Kudus menggenapi dua hal, (1) menyatukan kita dengan Tubuh Kristus, dan (2) mengaktualisasikan penyaliban kita bersama dengan Kristus. Berada dalam tubuh Kristus berarti kita bangkit bersama dengan Dia dalam hidup yang baru (Roma 6:4). Kita perlu menggunakan karunia rohani kita untuk memastikan bahwa tubuh itu berfungsi sebagaimana mestinya seperti yang dijelaskan dalam 1 Korintus 12:13. Mengalami baptisan dari Roh yang sama menjadi dasar untuk memelihara kesatuan gereja seperti yang dikatakan dalam Efesus 4:5. Menjadi sama dengan Kristus dalam kematian, penguburan dan kebangkitanNya melalui baptisan Roh menjadi dasar untuk mewujudkan pemisahan kita dari kuasa dosa dan untuk kita berjalan dalam hidup yang baru (Roma 6:1-10; Kolose 2:12).
Pertama-tama penting untuk menyadari bahwa ini bukan mempertanyakan apakah Tuhan masih melakukan mujizat pada zaman sekarang. Adalah suatu kebodohan dan tidak Alkitabiah untuk mengatakan bahwa Allah tidak lagi menyembuhkan orang, berbicara kepada orang-orang dan melakukan mujizat dan tanda-tanda ajaib pada zaman sekarang. Pertanyaannya adalah apakah karunia berbuat mujizat yang digambarkan dalam 1 Korintus pasal 12-14 masih aktif dalam gereja pada zaman sekarang. Ini bukan mempertanyakan apakah Roh Kudus "dapat" memberi seseorang karunia untuk berbuat mujizat. Pertanyaannya adalah, apakah pada zaman sekarang Roh Kudus masih memberikan karunia untuk berbuat mujizat. Lebih dari semua itu, kita mengakui bahwa Roh Kudus bebas untuk membagi-bagikan karunia sesuai dengan apa yang diinginkanNya (1 Korintus 12:7-11).
Dalam kitab Kisah Rasul dan Surat-surat, sebagian besar mujizat dilakukan oleh para rasul dan pembantu-pembantu dekat mereka. 2 Korintus12:12 memberi kita alasan mengapa demikian, "Segala sesuatu yang membuktikan, bahwa aku adalah seorang rasul, telah dilakukan di tengah-tengah kamu dengan segala kesabaran oleh tanda-tanda, mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa." Jika setiap orang percaya dalam Kristus diberikan kemampuan untuk melakukan tanda-tanda, mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa, maka tanda-tanda, mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa tidak dapat menjadi tanda pengenal seorang rasul. Kisah Rasul 2:22 memberitahu kita bahwa Yesus "diakreditasikan" oleh "tanda-tanda, mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa." Demikian pula para rasul "ditandai" sebagai utusan-utusan yang benar-benar dari Allah melalui mujizat-mujizat yang mereka lakukan. Kisah Rasul 14:3 mengatakan bahwa berita Injil "dikonfirmasikan" oleh mujizat-mujizat yang dilakukan oleh Paulus dan Barnabas.
1 Korintus pasa 12-14 pada pokoknya membicarakan topik karunia-karunia Roh. Dari teks ini kelihatannya bahwa orang-orang Kristen "biasa" kadang-kadang diberi karunia berbuat mujizat (12:8-10; 28-30). Kita tidak diberitahu berapa umum hal ini. Dari apa yang kita pelajari di atas, bahwa para rasul "ditandai" dengan mujizat dan tanda-tanda ajaib, kelihatannya karunia berbuat mujizat diberikan pada orang-orang Kristen "biasa" sebagai suatu kekecualian dan bukan kebiasaan. Selain para rasul dan pembantu-pembantu dekat mereka, dalam Perjanjian Baru tidak dikatakan orang-orang lain memiliki karunia berbuat mujizat.
Penting untuk diingat bahwa gereja mula-mula tidak memiliki Alkitab yang lengkap sebagaimana kita miliki hari ini (2 Timotius 3:16-17). Karena itu karunia bernubuat, pengetahuan dan kebijaksanaan, dll dibutuhkan agar supaya orang-orang Kristen mula-mula mengetahui apa yang Allah ingin mereka lakukan. Karunia bernubuat memampukan orang-orang percaya mengkomunikasikan kebenaran dan wahyu baru dari Tuhan. Sekarang setelah wahyu Allah lengkap dalam Alkitab, karunia yang bersifat "pewahyuan" tidak lagi dibutuhkan, paling tidak dalam kapasitas seperti dalam Perjanjian Baru.
Allah secara ajaib menyembuhkan orang setiap hari. Allah masih berbicara kepada kita pada zaman sekarang, baik dengna suara yang kedengaran, maupun dalam pikiran kita, atau melalui kesan dan perasaan yang kita dapatkan. Allah masih melakukan tanda-tanda, mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa yang mengherankan, dan kadang-kadang melakukan mujizat-mujizat itu melalui orang Kristen. Namun demikian, apa yang dilakukan tidak selalu berarti itu adalah karunia melakukan mujizat. Tujuan utama dari karunia berbuat mujizat adalah untuk membuktikan bahwa Injil itu benar adanya dan bahwa para rasul adalah benar-benar utusan-utusan Allah. Alkitab tidak secara langsung mengatakan bahwa karunia mujizat sudah berhenti, namun memberikan dasar untuk memahami bahwa karunia itu mungkin tidak lagi dibutuhkan.
Sebagai latarbelakang, silahkan baca artikel yang berjudul karunia bahasa lidah. Ada empat bagian Alkitab yang utama yang dikatakan sebagai bukti berdoa dalam bahasa lidah: Roma 8:26, 1 Korintus 14:4-17; Efesus 6:18 dan Yudas ayat 20. Efesus 6:18 dan Yudas ayat 20 menyebutkan "berdoa dalam Roh." Namun demikian, berbahasa lidah sebagai bahasa doa bukanlah merupakan penafsiran yang mungkin untuk "berdoa dalam Roh."
Roma 8:26 mengajar kita, "Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan." Dua poin utama membuat sangat tidak mungkin Roma 8:26 merujuk pada bahasa lidah sebagai bahasa doa. (1) Roma 8:26 menyatakan bahwa adalah Roh yang "mengeluh" bukan orang-orang percaya. (2) Roma 8:26 mengatakan bahwa keluhan dari Roh "tidak terucapkan." Hakekat dasar dari berbahasa lidah adalah mengeluarkan kata-kata.
Dengan demikian kita tinggal memiliki 1 Korintus 14:4-17, dan khususnya ayat 14, "Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa." 1 Korintus 14:14 secara khusus menyebut "berdoa dalam bahasa lidah/roh." Apa artinya? Pertama-tama, mempelajari konteksnya mempunyai nilai yang tak terhingga. 1 Korintus 14 pada dasarnya adalah perbandingan/kontras antara karunia berbahasa lidah dan karunia bernubuat. Ayat 2-5 jelas memperlihatkan pandangan Paulus bahwa nubuat itu lebih tinggi derajatnya dibandingkan bahasa lidah. Pada saat yang sama Paulus menyerukan nilai dari bahasa lidah dan menyatakan bahwa dia bangga bahwa dia berkata-kata dengan bahasa lidah lebih dari semua (ayat 18).
Kisah pasal 2 menggambarkan kali pertama munculnya bahasa lidah. Pada hari Pentakosta, para rasul berbahasa lidah. Kisah pasal 2 dengan jelas menyatakan bahwa para rasul berbicara dalam bahasa manusia (Kisah 2:6-8). Kata yang diterjemahkan "lidah" dalam Kisah pasal 2 dan 1 Korintus pasal 14 adalah "glossa" yang berarti "bahasa." Ini adalah kata yang kemudian melahirkan istilah "glossary" dalam Bahasa Inggris. Berbahasa lidah adalah kemampuan untuk berbicara dalam bahasa yang Anda tidak kuasai, dengan tujuan untuk mengkomunikasikan Injil kepada seseorang yang mengerti bahasa tsb. Dalam wilayah Korintus yang multi kultural nampaknya karunia bahasa lidah sangatlah bermanfaat dan menonjol. Orang-orang percaya di Korintus mampu untuk mengkomunikasikan Injil dan Firman Tuhan dengan lebih baik karena karunia bahasa lidah. Namun demikian Paulus menyatakan dengan amat jelas bahwa bahkan penggunaan bahasa lidah dengan cara seperti inipun bahasa lidah tersebut harus diterjemahkan (1 Korintus 14:!3, 27). Seorang percaya dari Korintus akan berbahasa lidah, memberitakan kebenaran Allah kepada seseorang yang berbicara bahasa itu, dan kemudian orang percaya itu, atau orang percaya lainnya dari gereja tsb, menerjemahkan apa dikatakan sehingga seluruh jemaat dapat memahami apa yang dikatakan.
Kalau demikian apa itu berdoa dalam bahasa lidah dan apa bedanya dengan berbicara dalam bahasa lidah? 1 Korintus 14:13-17 mengindikasikan bahwa berdoa dlam bahasa lidah juga harus diterjemahkan. Sebagai hasilnya nampaknya berdoa dalam bahasa lidah adalah berdoa kepada Allah. Doa ini akan menjadi berkat bagi orang yang mengerti bahasa tsb. namun juga perlu diterjemahkan agar semua jemaat juga dibangun.
Penafsiran ini berbeda dengan penafsiran dari orang-orang yang memandang berdoa dalam bahasa lidah sebagai bahasa doa. Pemahaman ini dapat diringkaskan sbb: berdoa dalam bahasa lidah adalah bahasa doa pribadi antara seorang percaya dan Allah (1 Korintus 13:1), bahwa si orang percaya tsb. menggunakannya untuk membangun dirinya sendiri (1 Korintus 14:4). Penafsiran ini tidak Alkitabiah karena alasan-alasan berikut ini: (1) Bagaimana mungkin berdoa dalam bahasa lidah kalau doa itu harus diterjemahkan (1 Korintus 14:13-17)? (2) Bagaimana berdoa dalam bahasa lidah membangun diri sendiri padahal Alkitab mengatakan bahwa karunia roh adalah untuk membangun gereja dan bukan diri sendiri (1 Korintus 12:7)? (3) Bagaimana bahasa lidah dapat merupakan bahasa doa pribadi kalau bahasa lidah adalah "tanda untuk mereka yang tidak percaya" (1 Korintus 14:22)? (4) Nyata dengan jelas dalam Alkitab bahwa tidak semua orang memiliki karunia bahasa lidah (1 Korintus 12:11, 28-30). Bagaimana bahasa lidah dapat menjadi karunia untuk membangun diri sendiri kalau tidak semua orang percaya memilikinya? Bukankah kita semua perlu dibangun?
Ada pemahaman tambahan mengenai berdoa dalam bahasa lidah yang perlu dibicarakan. Sebagian orang memahami berdoa dalam bahasa lidah sebagai "bahasa kode/rahasia" yang mencegah Iblis dan pengikut-pengikutnya mengerti apa yang kita doakan dan mengambil keuntungan dari pengetahuan itu. Penafsiran ini tidaklah Alkitabiah karena alasan-alasan berikut ini: (1) Perjanjian Baru secara konsisten menggambarkan bahasa lidah sebagai bahasa manusia. (2) Alkitab mencatat orang-orang percaya yang tak terhingga jumlahnya yang berdoa dalam bahasa mereka masing-masing dengan suara nyaring tanpa kuatir bahwa Iblis akan menyadap doa itu. Bahkan sekalipun Iblis dan pengikut-pengikutnya mendengar dan memahami doa yang kita naikkan " mereka sama sekali tidak memiliki kuasa untuk mencegah Allah menjawab doa kita sesuai dengan kehendakNya. Kita tahu bahwa Allah mendengar doa-doa kita dan fakta tsb membuat apakah Iblis dan para pengikutnya mendengar doa-doa kita menjadi tidak lagi relevan.
Setelah mengatakan semua itu bagaimana dengan orang-orang Kristen yang telah mengalami berdoa dalam bahasa lidah dan merasa bahwa itu sangat membangun mereka? Pertama-tama, kita harus mendasari iman dan perbuatan kita pada Alkitab dan bukannya pengalaman. Kita perlu memandang pengalaman kita dalam ternag Kitab Suci dan bukannya menafsirkan Kitab Suci dalam terang pengalaman kita. Kedua, banyak ajaran sesat dan agama dunia yang juga melaporkan peristiwa bahasa lidah/berdoa dalam bahasa lidah. Jelah bahwa Roh Kudus tidak memberikan karuania kepada orang-orang yang tidak percaya ini, Karena itu kelihatan bahwa Iblis bisa memalsukan karunia bahasa lidah. Hal ini seharusnya membuat kita bahkan lebih berhati-hati membandingkan pengalaman-pengalaman kita dengan Kitab Suci. Ketiga, banyak studi telah memperlihatkan bahwa berbicara/berdoa dalam bahasa lidah dapat dipelajari. Melalui mendengar dan mengamati orang-orang berbicara/berdoa dalam bahasa lidah seseorang dapat belajar caranya, bahkan secara tanpa sadar. Hal ini adalah penjelasan yang paling mungkin untuk sebagian besar kasus bahasa lidah/berdoa dalam bahasa lidah yang terjadi di antara orang-orang Kristen. Keempat, perasaan "membangun diri sendiri" adalah sesuatu yang alamiah. Tubuh kita menghasilkan adrenalin dan endorfin ketika mengalami sesuatu yang baru, menggairahkan, merangsang emosi dan/atau terpisah dari pemikiran rasional.
Berdoa dalam bahasa lidah jelas adalah hal yang orang-orang Kristen dapat dengan hormat berbeda pendapat. Berdoa dalam bahasa lidah tidak menentukan keselamatan. Berdoa dalam bahasa lidah bukanlah sesuatu yang memisahkan orang Kristen dewasa dari yang tidak dewasa. Apakah berdoa dalam bahasa lidah adalah bahasa doa bukanlah sesuatu yang mendasar untuk iman Kristen. Jadi sekalipun kami percaya bahwa penafsiran Alkitab soal berdoa dalam bahasa lidah tidak mengarahkan kita utnuk menerima bahwa itu adalah bahasa doa yang bersifat pribadi untuk membangun diri sendiri " kami juga mengenali bahwa banyak orang yang mempraktekkan hal ini adalah saudara/i seiman dalam Kristus, dan layak mendapatkan kasih dan hormat kita.
Klausa filioque dulunya, dan sampai sekarang, adalah kontroversi dalam gereja dalam hubungannya dengan Roh Kudus. Pertanyaannya adalah, dari siapakah Roh Kudus berasal, Bapa, atau Bapa dan Anak. Kata "filioque" dalam Bahasa Latin berarti "dan anak." Hal ini disebut sebagai "klausa" filioque karena frasa "dan anak" ditambahkan kepada Kredo Nicea, mengindikasikan bahwa Roh Kudus berasal dari Bapa "dan Anak." Ada banyak perdebatan mengenai hal ini yang pada akhirnya mengakibatkan perpecahan antara gereja Katolik Roma dan Ortodoks Timur pada tahun 1054 A.D. Sampai saat ini kedua gereja tsb. belum bisa sepakat dalam klausa filioque.
Yohanes 14:26 memberitahukan kita, " tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku ...." Yohanes 15:26 memberitahukan, "Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku." Lihat pula Yohanes 14:16 dan Filipi 1:19. Ayat-ayat Alkitab ini nampaknya mengindikasikan bahwa Roh Kudus diutus oleh Bapa dan Anak. Hal yang mendasar dalam klausa filioque adalah minat untuk melindungi keillahian dari Roh Kudus. Alkitab jelas mengajarkan bahwa Roh Kudus adalah Allah (Kisah 5:3-4). Mereka yang menentang klausa filioque merasa keberatan karena mereka percaya bahwa kalau Roh Kudus berasal dari Bapa dan Anak berarti Roh Kudus "tunduk" kepada Bapa dan Anak. Mereka yang mendukung klausa filioque percaya bahwa Roh Kudus berasal dari Bapa dan Anak tidak berdampak pada Roh Kudus sebagai Allah yang sederajat dengan Bapa dan Anak.
Kontroversi klausa filioque kemungkinan besar adalah merupakan aspek dari kepribadian Allah yang kita tidak akan mengerti secara penuh. Allah, pribadi yang tidak terbatas, pada dasarnya tidak dapat dipahami oleh kita manusia yang terbatas. Roh Kudus adalah Allah " dan Dia diutus oleh Allah sebagai "pengganti" Yesus Kristus di dalam dunia. Apakah Roh Kudus diutus oleh Bapa, atau Bapa dan Anak " kemungkinan besar tidak dapat dijawab secara memuaskan, dan juga bukan sesuatu yang mutlak harus dijawab. Klause filioque kemungkinan akan tetap merupakan kontroversi.
Roma 12:3-8 dan 1 Korintus 12 amat jelas bahwa setiap orang Kristen diberi karunia Roh sesuai dengan kehendak Tuhan. Karunia-karunia Roh diberikan dengan tujuan untuk membangun tubuh Kristus (1 Korintus 12:7; 14:12). Saat yang tepat ketika karunia ini diberikan tidak secara khusus disebutkan. Kebanyakan orang beranggapan bahwa karunia Roh diberikan pada saat kelahiran rohani (saat keselamatan). Namun demikian, ada beberapa ayat yang mungkin mengindikasikan bahwa Allah juga memberi karunia Roh pada waktu yang lebih belakangan. Baik 1 Timotius 4:14 dan 2 Timotius 1:6 merujuk pada "karunia" yang Timotius terima "oleh nubuat" pada saat dia ditahbiskan Kemungkinan ini mengindikasikan bahwa salah seorang penatua pada penahbisan Timotius berbicara di bawah kuasa Allah mengenai karunia rohani yang akan diberikan kepada Timotius untuk memampukan dia untuk pelayanan di kemudian hari.
Dalam 1 Korintus 12:28-31 and 1 Korintus 14:12-13 kita juga diberitahu bahwa Allahlah (dan bukannya kita) yang memilih karunia. Ayat-ayat ini juga mengindikasikan bahwa bukan semua orang akan memiliki karunia tertentu. Paulus memberitahukan orang-orang percaya di Korintus bahwa kalau mereka menginginkan karunia rohani, mereka harus menyingkirkan ketakjuban mereka dengan karunia-karunia yang "spektakular" atau "yang dapat dipamerkan", dan mencari karunia-karunia yang membangun, seperti bernubuat (menyampaikan Firman Tuhan untuk membangun orang lain). Mengapa Paulus memberitahu mereka untuk mencari karunia-karunia "terbaik" kalau mereka sudah mendapatkan segala yang mereka bisa dapatkan, dan tidak ada lagi kesempatan untuk mendapatkan karunia-karunia yang "terbaik" ini? Ini akan membawa kita untuk percaya bahwa sama seperti Salomo meminta hikmat dari Allah untuk menjadi pemimpin yang baik dari umat Allah, maka Allah juga akan memberi kita karunia-karunia yang kita butuhkan untuk kebaikan gereja.
Setelah mengatakan ini masih perlu ditekankan bahwa karunia-karunia ini dibagikan menurut pilihan Allah, bukan diri kita. Kalau setiap orang Korintus menginginkan karunia tertentu, seperti misalnya bernubuat, Allah tidak akan memberi setiap orang karunia itu hanya karena mereka betul-betul menginginkannya. Mengapa? Di mana jadinya orang-orang lain yang dibutuhkan untuk melayani dalam peranan lain dalam tubuh Kristus?
Ada satu hal yang amat jelas, perintah Allah adalah pemberian kemampuan dari Allah. Kalau Allah memerintahkan kita untuk melakukan sesuatu (misalnya bersaksi, mengasihi yang tidak dapat dikasihi, menjadikan semua bangsa murid Tuhan, dll) Dia akan memampukan kita melakukan itu. Sebagian orang mungkin tidak punya "karunia" untuk menginjili seperti orang lain misalnya, namun Allah memerintahkan semua orang Kristen untuk bersaksi dan memuridkan (Matius 28:18-20; Kisah 1:8). Kita semua dipanggil untuk menginjili, baik kita memiliki karunia penginjilan atau tidak. Orang Kristen yang punya ketekadan yang mau terus berusaha setelah mempelajari Firman Allah dan mengembangkan kemampuannya untuk mengajar, akan menjadi guru yang lebih baik dari orang yang memiliki karunia untuk mengajar tapi mengabaikan karunia tsb.
Sebagai kesimpulan, apakah karunia rohani diberikan kepada kita saat kita menerima Kristus, atau kita mendapatkannya melalui hidup bersama Allah? Jawabannya adalah kedua-duanya. Biasanya karunia rohani diberikan pada saat diselamatkan, namun juga dapat diperoleh melalui pertumbuhan rohani. Apakah keingingan hati Anda dapat diperjuangkan dan dikembangkan menjadi karunia rohani? Dapatkah Anda mengejar karunia rohani tertentu? 1 Korintus 12:31 nampaknya mengindikasikan bahwa adalah mungkin untuk "dengan sungguh-sungguh menginginkan karunia yang terbaik." Anda boleh minta dari Allah karunia rohani tertentu dan dengan giat mengejarnya dengan berusaha berkembang dalam bidang itu. Pada saat yang sama, kalau itu bukan kehendak Allah, Anda tidak akan mendapatkannya sekeras apapun Anda mengejarnya. Allah maha bijak dan tahu karunia apa yang paling bagus bagi Anda dalam kerajaanNya.
Seberapapun hebatnya Anda dalam karunia yang Anda miliki, kita semua dipanggil untuk mengembangkan bidang-bidang yang dicantumkan dalam daftar karunia rohani " menunjukkan keramahan, kemurahan, melayani satu dengan yang lain, mengabarkan Injil, dll. Saat kita berusaha melayani Dia karena kasih, demi untuk membangun orang lain bagi kemuliaanNya, Dia akan memuliakan namaNya, menumbuhkan gerejaNya dan memberi kita pahala (1 Korintus 3:5-8, 12:31-14:1). Allah berjanji bahwa ketika kita menjadikan Dia sebagai kesenangan kita, Dia akan mengabulkan keinginan hati kita (Mazmur 37:4-5). Termasuk di dalamnya adalah mempersiapkan kita untuk melayani Dia dengan cara yang dapat memberi kita makna dan kepuasan.
Sekalipun beberapa pelayanan tertentu dapat melibatkan "perasaan" seperti misalnya keyakinan akan dosa, penghiburan, dan pemberian kuasa " Alkitab tidak memerintahkan kita untuk mendasarkan hubungan kita dengan Roh Kudus berdasarkan apa atau bagaimana perasaan kita. Setiap orang percaya yang sudah lahir kembali memiliki Roh Kudus berdiam di dalamnya. Yesus memberitahu kita bahwa ketika sang Penghibur datang Dia akan bersama-sama dengan kita dan di dalam kita. "Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu" (Yohanes 14:16-17). Dengan kata lain, Yesus mengirimkan Pribadi yang sama seperti Dia untuk beserta dengan kita dan di dalam kita.
Kita tahu bahwa Roh Kudus beserta dengan kita karena Firman Allah memberitahu kita demikian. Setiap orang yang lahir kembali didiami oleh Roh Kudus, namun tidak setiap orang percaya "dikuasai" oleh Roh Kudus, dan ada perbedaan jelas di antara keduanya. Ketika kita hidup secara kedagingan, kita tidak dikuasai oleh Roh Kudus sekalipun Roh Kudus mendiami kita. Rasul Paulus mengomentari kebenaran ini dan dia menggunakan sebuah ilustrasi yang menolong kita untuk mengerti. "Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh" (Efesus 5:18). Banyak orang yang membaca ayat ini dan menafsirkannya bahwa Paulus melarang minum anggur. Namun demikian, konteks dari bagian Alkitab ini adalah kehidupan dan pergumulan orang percaya yang dipenuhi Roh Kudus. Karena itu di sini ada sesuatu yang lebih dari sekedar peringatan soal minum anggur terlalu banyak.
Ketika seseorang mabuk karena terlalu banyak anggur, mereka menunjukkan karakteristik tertentu: mereka sempoyongan, cara bicara mereka tidak jelas, dan kemampuan penilaian mereka terganggu. Di sini rasul Paulus membuat perbandingan. Sama seperti ada ciri-ciri yang memampukan kita melihat bahwa seseorang itu dikuasai oleh terlalu banyak anggur, seharusnya ada karakteristik tertentu yang memampukan kita untuk melihat seseorang yang dikuasai oleh Roh Kudus. Kita membaca dalam Galatia 5:22-24 mengenai "buah" Roh. Ini adalah buah kepunyaan Roh Kudus dan dinyatakan oleh orang percaya yang sudah lahir kembali yang hidup di bahwa penguasaan Roh Kudus.
Bentuk kalimat dalam Efesus 5:18 mengindikasikan proses terus menerus dipenuhi oleh Roh Kudus. Karena nasihat ini adalah untuk "terus menerus dipenuhi," maka berarti ada kemungkinan untuk tidak "dipenuhi" atau dikuasai oleh Roh Kudus. Bagian selebihnya dari Efesus 5 memberitahu kita karakteristik dari orang percaya yang dipenuhi Roh Kudus. "dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati. Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus" (Efesus 5:19-21).
Karena itu orang percaya yang lahir kembali tidak seharusnya dikontrol oleh hal-hal yang lain selain oleh Roh Kudus. Kita tidak akan dipenuhi dengan Roh Kudus karena kita "merasa" dipenuhi, tetapi adalah karena ini adalah hak dan kepunyaan kita di dalam Kristus. Dipenuhi atau dikuasai oleh Roh Kudus adalah hasil dari hidup dalam ketaatan kepada Tuhan. Ini adalah anugrah dan bukan perasaan. Emosi bisa dan akan memperdaya kita, dan dapat membuat diri kita masuk dalam keadaan emosi yang semata-mata dari kedagingan kita dan bukan dari Roh Kudus. "Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh." (Galatia 5:16, 25).
Setelah mengatakan semua ini, kita tidak bisa mengabaikan bahwa ada waktunya di mana kita bisa dikuasai sedemikian rupa oleh kehadiran dan kuasa Roh Kudus dan hal ini seringkali merupakan pengalaman emosional. Ketika hal ini terjadi, ini adalah suatu sukacita yang tidak ada taranya. Raja Daud "menari-mari dengan sukacita" (2 Samuel 6:14) ketika mereka membawa Tabut Perjanjian ke Yerusalem. Mengalami sukacita Roh adalah pemahaman bahwa sebagai anak-anak Allah kita diberkati oleh anugrahNya. Karena itu sudah barang tentu pelayanan Roh Kudus dapat melibatkan perasaan dan emosi kita. Pada saat yang sama, sekalipun karya Roh Kudus dalam hidup kita dapat melibatkan "perasaan," kita tidak boleh mendasarkan jaminan bahwa kita memiliki Roh Kudus pada bagaimana perasaan kita.
Galatia 5:22-23 memberitahu kita, "Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri." Buah Roh Kudus adalah hasil dari berperannya Roh Kudus dalam kehidupan orang-orang Kristen. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa setiap orang menerima Roh Kudus pada saat dia percaya kepada Yesus Kristus (Roma 8:9; 1 Korintus 12:13, Efesus 1:13-14). Salah satu tujuan utama datangnya Roh Kudus ke dalam hidup orang percaya adalah untuk mengubah kehidupan itu. Adalah pekerjaan Roh Kudus untuk menyesuaikan kita dengan gambar Kristus, membuat kita menjadi lebih serupa dengan Dia.
Buah Roh Kudus adalah berlawanan dengan perbuatan natur dosa dalam Galatia 5:19-21. "Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu"seperti yang telah kubuat dahulu"bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah." Galatia 5:19-21 adalah bagaimana orang-orang, dalam tingkatan yang berbeda, ketika mereka tidak mengenal Kristus dan karena itu tidak di bawah pengaruh Roh Kudus. Natur kedagingan kita yang berdosa menghasilkan jenis-jenis buah (Galatia 5:19-21) dan Roh Kudus menghasilkan jenis-jenis buah (Galatia 5:22-23).
Kehidupan Kristen adalah pergumulan antara kehidupan sesuai natur dosa dan buah Roh Kudus. Sebagai umat manusia yang telah jatuh dalam dosa, kita masih terperangkap dalam tubuh yang menginginkan hal-hal yang berdosa (Roma 7:14-25). Sebagai orang-orang Kristen, kita memiliki Roh Kudus yang menghasilkan buahNya dalam diri kita dan kuasa Roh Kudus tersedia untuk membantu kita menaklukkan perbuatan dari natur dosa (2 Korintus 5:17, Filipi 4:13). Seorang Kristen tidak pernah selalu menang dalam hal selalu menyatakan buah Roh Kudus. Namun demikian, adalah salah satu tujuan dalam kehidupan Kristen untuk secara bertahap mengizinkan Roh Kudus menaklukkan keinginan dosa. Buah Roh adalah bagaimana yang Allah inginkan untuk kehidupan kita " dan dengan pertolongan Roh Kudus, itu bisa terjadi!
Ketika Alkitab menggunakan kata "memadamkan" Alkitab berbicara mengenai memadamkan api. Ketika orang-orang percaya mengenakan perisai iman sebagai bagian dari persenjataan Allah (Efesus 6:16), mereka mengalahkan kuasa panah api dari Iblis. Kristus menggambarkan neraka sebagai tempat di mana apinya tidak akan pernah "padam" (Markus 9:44, 46, 48). Demikian pula, Roh Kudus adalah api yang berdiam dalam diri setiap orang percaya. Dia ingin mengungkapkan diriNya dalam tindakan dan sikap kita. Ketika orang-orang percaya tidak mengizinkan Roh Kudus nyata dalam perbuatan mereka, ketika kita melakukan apa yang kita tahu adalah salah, pada waktu itu kita menekan atau "memadamkan" Roh. Kita tidak mengizinkan Roh Kudus mengungkapkan diriNya dengan cara yang diinginkanNya.
Untuk memahami apa artinya "mendukakan" Roh, pertama-tama kita harus memahami bahwa ini adalah karakter dari suatu kepribadian. Hanya suatu pribadi yang dapat "didukakan"; karena itu, Roh Kudus pastilah merupakan suatu pribadi sehingga dapat memiliki perasaan semacam ini. Begitu kita memahami aspek ini, kita dapat lebih memahami bagaimana Roh Kudus "didukakan," karena kita juga berduka. Efesus 4:30 memberitahu kita bahwa kita tidak boleh "mendukakan" Roh Kudus. Mari kita tetap dalam pasal ini untuk mengerti apa yang mau dikatakan Paulus kepada kita. Kita dapat "mendukakan Roh Kudus dengan bertindak seperti orang yang belum percaya (4:17-19), dengan menyerah kepada natur dosa kita (2:22-24), dengan berdusta (4:25), dengan kemarahan (4:32), dengan percabulan (5:3-5). "Mendukakan" Roh Kudus adalah melakukan hal yang berdosa baik dalam pikiran dan perbuatan, maupun hanya dalam pikiran.
Baik "memadamkan" dan "mendukakan" Roh memiliki dampak yang sama; keduanya menghalangi gaya hidup yang beribadah. Keduanya terjadi ketika seorang percaya berdosa kepada Allah dan mengikuti keinginan duniawi. Satu-satunya jalan yang benar yang harus diikuti adalah jalan yang membawa orang-orang percaya lebih dekat kepada Allah dan kesucian, dan makin menjauh dari dunia dan dosa. Sama seperti kita tidak suka didukakan, dan demikian pula kita tidak berusaha memadamkan apa yang baik " kita juga tidak boleh mendukakan atau memadamkan Roh Kudus dengan menolak mendengarkan bimbinganNya.
Dari semua karunia yang diberikan Allah kepada manusia, tidak ada yang lebih berharga dari kehadiran Roh Kudus. Roh Kudus memiliki banyak fungsi, peranan dan kegiatan. Pertama, Dia bekerja dalam hati semua orang di manapun mereka berada. Yesus memberitahu murid-muridNya bahwa Dia akan mengutus Roh Kudus ke dalam dunia untuk, "menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman" (Yohanes 16:7-11). Setiap orang memiliki "kesadaran akan Allah" baik mereka akui atau tidak, karena Roh Kudus menerapkan kebenaran Allah dalam pikiran manusia untuk meyakinkan mereka dengan argumen-argumen yang cukup dan beralasan bahwa mereka adalah orang-orang berdosa.
Begitu kita diselamatkan dan menjadi milik Allah, Roh Kudus berdiam di dalam hati kita untuk selamanya, memeteraikan kita dengan meneguhkan, mengesahkan dan menjamin keadaan kekal kita sebagai anak-anakNya. Yesus berkata bahwa Dia akan mengirimkan Roh Kudus untuk menjadi Penolong, Penghibur dan Penuntun. "Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya" (Yohanes 14:16) Kata Yunani yang diterjemahkan "Penolong" berarti seseorang yang dipanggil untuk berjalan bersama, dan mempunyai pengertian seseorang yang memberi dorongan dan nasihat. "Berdiam" berhubungan dengan tinggalnya Roh Kudus secara permanen dalam hati orang-orang percaya (Roma 8:9; 1 Korintus 6:19, 2; 12:13). Yesus memberi Roh Kudus sebagai "kompensasi" untuk ketidakhadiranNya, untuk melaksanakan fungsi yang Yesus ingin lakukan bagi kita kalau saja Dia berdiam secara pribadi dengan kita.
Di antara fungsi-fungsi itu adalah pengungkap kebenaran. Kehadiran Roh Kudus dalam diri kita memungkinkan kita untuk memahami dan menafsirkan Firman Tuhan. Yesus memberitahu murid-muridNya, "Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran" (Yohanes 16:13). Dia mengungkapkan isi hati Allah sehubungan dengan ibadah, doktrin dan kehidupan Kristen. Dia adalah Penuntun yang paling utama, berjalan di depan, memimpin, menyingkirkan rintangan, membuka pengertian, dan memastikan segala sesuatunya jelas. Dia memimpin dalam jalan yang harus kita jalani dalam semua hal rohani. Tanpa penuntun semacam ini, kita dapat jatuh dalam kesalahan. Bagian krusial dari Kebenaran yang Dia ungkapkan adalah bahwa Yesus adalah sesuai dengan apa yang Dia katakan (Yohanes 15:26; 1 Korintus 12:3). Roh Kudus meyakinkan kita akan keillahian dan keanakan Kristus, inkarnasiNya, Kristus sebagai Mesias, penderitaan dan kematianNya, kebangkitan dan kenaikanNya, pemuliaanNya di sebelah kanan Allah, dan perannya sebagai Hakim dari segalaNya. Dia memuliakan Kristus dalam segala hal (Yohanes 16:14).
Perannya yang lain adalah pemberi karunia. 1 Korintus 12 menggambarkan karunia-karunia rohani yang diberikan kepada orang-orang percaya agar kita dapat menjalankan fungsi sebagai tubuh Kristus dalam dunia. Semua karunia ini, baik besar maupun kecil, adalah pemberian Roh Kudus agar kita dapat menjadi duta besar-duta besarNya kepada dunia, menunjukkan anugrahNya dan memuliakan Dia.
Roh Kudus juga berperan sebagai penghasil-buah dalam kehidupan kita. Ketika Dia mendiami kita, Dia mulai menuai buahNya dalam kehidupan kita " kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Galatia 5:22-23). Ini bukanlah hasil pekerjaan daging kita, yang tidak mampu untuk menghasilkan buah semacam ini, namun adalah hasil dari kehadiran Roh Kudus dalam kehidupan kita.
Mengetahui bahwa Roh Kudus dari Allah telah berdiam dalam kehidupan kita, bahwa Dia melakukan semua peran yang ajaib ini, bahwa Dia berdiam dengan kita untuk selamanya dan tidak akan pernah meninggalkan atau mengabaikan kita adalah merupakan alasan untuk sukacita dan penghiburan yang besar. Puji Tuhan untuk anugrah yang berharga ini " Roh Kudus dan karyaNya dalam hidup kita.
Konsep mengenai "tumbang dalam roh" adalah saat hamba Tuhan menumpangkan tangan atas seseorang dan orang itu jatuh ke lantai, katanya dikuasai oleh Roh Kudus. Mereka yang mempraktekkan "tumbang dalam roh" menggunakan ayat-ayat alkitab yang berbicara mengenai orang-orang yang "seperti mati" (Wahyu 1:17), atau jatuh tertelungkup (Yehezkiel 1:28, Daniel 8:17-18, Daniel 10:7-9). Namun demikian ada sejumlah kontras antara "tertelungkup" dalam Alkitab dengan praktek "tumbang dalam roh."
1. Dalam Alkitab tertelungkup adalah merupakan akibat dari reaksi seseorang terhadap apa yang disaksikan dalam penglihatan atau sesuatu yang melampaui apa yang biasa terjadi, seperti transfigurasi Kristus (Matius 17:6). Dalam praktek "tumbang dalam roh" yang tidak Alkitabiah, orang berespon terhadap "sentuhan" orang lain atau pada gerakan tangan sang pembicara.
2. Contoh-contoh Alkitab jarang dan hanya terjadi pada sedikit orang. Fenomena "tumbang dalam roh" terjadi setiap minggu dalam gereja mereka dan merupakan pengalaman yang terjadi pada banyak orang.
3. Dalam contoh-contoh Alkitab, orang jatuh tertelungkup karena takjub atas apa yang mereka lihat atau Siapa yang mereka lihat. Dalam "tumbang dalam roh" yang palsu, orang-orang jatuh ke belakang, baik sebagai respon terhadap gerakan tangan sang pembicara atau terhadap sentuhan (atau dalam kasus-kasus tertentu) dorongan tangan pemimpin gereja.
Kami tidak mengatakan bahwa semua kasus "tumbang dalam roh" adalah palsu atau merupakan respon terhadap sentuhan atau dorongan. Banyak orang mengalami tenaga atau kuasa yang mengakibatkan mereka jatuh ke belakang. Namun demikian, tidak ada dasar Alkitab untuk konsep ini. Ya, mungkin ada tenaga atau kuasa yang terlibat di dalamnya, namun kalaupun demikian, kemungkinan besar bukan dari Allah, dan bukan merupakan hasil pekerjaan Roh Kudus.
Sangat disayangkan bahwa orang-orang menerima pemalsuan yang begitu aneh yang tidak menghasilkan buah roh apapun dan bukannya mengejar buah yang praktis yang diberikan oleh Roh kepada kita untuk memuliakan Kristus dengan kehidupan kita (Galatia 5:22-23). Dipenuhi dengan Roh Kudus tidaklah dibuktikan dengan pemalsuan semacam ini, namun oleh hidup yang berlimpah dengan Firman Allah dengan sedemikian rupa sehingga Firman itu mengalir dalam bentuk nyanyian pujian dan syukur kepada Allah. Semoga Efesus 5:18-20 dan Galatia 5:22-23 menggambarkan kehidupan kita!
Secara ringkas, tidak, Roh Kudus tidak akan pernah meninggalkan orang percaya. Kebenaran ini diungkapkan dalam berbagai bagian dalam Perjanjian Baru. Misalnya, Roma 8:9 memberitahu kita, "Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus." Ayat ini amat jelas bahwa jika seseorang tidak memiliki Roh Kudus hadir dan berdiam dalam dirinya, maka orang itu belum diselamatkan, karena itu, jikalau Roh Kudus meninggalkan orang percaya, dia akan kehilangan relasi dengan Kristus dan kehilangan keselamatan. Namun ini jelas bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh Roh Kudus mengenai "jaminan keselamatan" orang percaya. Ayat yang lain yang berbicara dengan jelas mengenai Roh Kudus tinggal tetap dalam hidup orang percaya adalah Yohanes 14:16. Di sini Yesus menyatakan bahwa Bapa akan memberi seorang Penolong yang lain, dan "supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya."
Fakta bahwa Roh Kudus tidak akan pernah meninggalkan seorang percaya juga dapat dilihat dalam Efesus 1:13-14 di mana dikatakan bahwa orang-orang percaya "dimeteraikan" oleh Roh Kudus yang "diberikan sebagai jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya." Dimeteraikan oleh Roh Kudus menggambarkan kepemilikan. Allah telah menjanjikan hidup kekal kepada semua yang percaya akan Kristus, dan sebagai jaminan bahwa Dia akan memelihara janjinya, Dia telah mengutus Roh Kudus untuk mendiami orang percaya hingga pada hari penebusan. Sama seperti memberi uang panjar untuk mobil atau pembelian rumah, Allah telah menyediakan panjar bagi semua orang percaya untuk masa depan mereka denganNya dengan mengutus Roh Kudus untuk mendiami mereka. Fakta bahwa semua orang percaya dimeteraikan oleh Roh juga dapat dilihat dalam 2 Korintus 1:22 dan Efesus 4:30.
Sebelum kematian, kebangkitan dan kenaikan Kristus ke surga, Roh Kudus memiliki hubungan "datang dan pergi" dengan orang-orang percaya. Roh Kudus mendiami Raja Saul, namun kemudian meninggalkan dia (1 Samuel 16:14). Roh Kudus justru datang kepada Daud (1 Samuel 16:13). Setelah perzinahannya dengan Betsyeba, Daud kuatir bahwa Roh Kudus akan diambil dari Dia (Mazmur 51:11). Roh Kudus memenuhi Bezaleel untuk memampukan dia membuat perkakas-perkakas yang dibutuhkan dalam Kemah Pertemuan (Keluaran 31:2-5), namun ini tidak digambarkan sebagai relasi yang permanen. Mulai dari hari Pentakosta (Kisah pasal 2), Roh Kudus mulai mendiami orang-orang percaya secara permanen. Berdiamnya Roh Kudus secara permanen adalah pemenuhan janji Allah untuk selalu beserta kita dan tidak pernah meninggalkan kita.
Walaupun Roh Kudus tidak akan pernah meninggalkan kita, adalah mungkin untuk dosa kita "memadamkan Roh Kudus" (1 Tesalonika 5:19) atau "mendukakan Roh Kudus" (Efesus 4:30). Dosa selalu berdampak pada hubungan kita dengan Allah. Walaupun hubungan kita dengan Allah di dalam Kristus tetap aman, dosa yang tidak diakui dalam kehidupan kita dapat menghalangi persekutuan dengan Allah dan secara efektif memadamkan pekerjaan Roh Kudus dalam kehidupan kita. Itu sebabnya amatlah penting untuk mengakui dosa-dosa kita karena Allah "adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan" (1 Yohanes 1:9). Jadi walaupun Roh Kudus tidak akan pernah meninggalkan kita, faedah dan sukacita kehadirannya dapat hilang dari diri kita.
Ada persamaan dan perbedaan antara talenta dan karunia roh. Keduanya adalah pemberian Allah. Keduanya menjadi makin efektif ketika makin sering digunakan. Keduanya digunakan untuk kepentingan orang lain, bukan untuk tujuan pribadi. 1 Korintus 12:7 menjelaskan bahwa karunia roh diberikan untuk kepentingan orang lain " bukan untuk diri sendiri. Karena kedua perintah agung berhubungan dengan mengasihi Allah dan sesama, maka jelaslah bahwa seseorang haruslah menggunakan talentanya untuk tujuan tsb. Namun talenta dan karunia roh berbeda dalam hal kepada siapa itu diberikan dan kapan diberikan. Seseorang (tanpa memandang kepercayaannya kepada Allah atau Kristus) diberikan bakat alamiah sebagai hasil kombinasi genetik (sebagian orang memiliki bakat alamiah dalam bidang musik, kesenian, atau matematika) dan lingkungan (bertumbuh dalam keluarga yang menggemari musik akan membantu seseorang mengembangkan talenta musik), atau karena Allah berkehendak menganugrahkan orang-orang tertentu dengan talenta tertentu (misalnya Bezaleel dalam Keluaran 31:1-6). Karunia Roh diberikan oleh Roh Kudus kepada orang-orang percaya (Roma 12:3, 6) pada saat mereka menaruh iman mereka kepada Kristus untuk mendapatkan pengampunan dosa. Pada waktu itu Roh Kudus memberi orang percaya karunia rohani yang Dia ingin orang percaya tsb. miliki (1 Korintus 12:11). Ada tiga kategori utama untuk karunia rohani"
Roma 12:3-8 mencantumkan karunia rohani berikut ini: nubuat, melayani (dalam pengertian umum), mengajar, menasihati, membagi-bagikan sesuatu, memimpin, dan menunjukkan kemurahan. 1 Korintus 12:8-11 mencantumkan karunia roh sbb: kata-kata hikmat (kemampuan untuk mengkomunikasikan hikmat rohani), berkata-kata dengan pengetahuan (kemampuan untuk mengkomunikasikan kebenaran praktis), iman (bersandar kepada Allah secara luar biasa), melakukan mujizat, nubuat, membedakan bermacam-macam roh, berbahasa roh (kemampuan untuk berbicara dalam bahasa yang belum pernah dipelajari), dan menafsirkan bahasa roh. Daftar yang ketiga terdapat dalam Efesus 4:10-12 yang berbicara mengenai Allah memberikan gerejaNya para rasul, nabi, pekabar Injil, dan gembala-pengajar. Ada pertanyaan mengenai sebetulnya ada berapa banyak karunia roh karena tidak ada daftar yang sama. Ada juga kemungkinan bahwa daftar dalam Alkitab bukanlah daftar yang lengkap, bahwa masih ada karunia roh lainnya yang tidak dicantumkan oleh Alkitab.
Walaupun seseorang sering dapat mengembangkan talentanya dan kemudian mengarahkan profesi atau hobinya seturut dengan talenta tsb., karunia roh diberikan oleh Roh Kudus untuk membangun gereja Kristus. Dalam hal ini semua orang Kristen memiliki peranan aktif dalam perluasan injil Kristus. Semua dipanggil dan diperlengkapi untuk ambil bagian dalam "pekerjaan pelayanan" (Efesus 4:12). Semua diberikan karunia sehingga mereka dapat mendukung pekerjaan Kristus karena rasa syukur untuk apa yang telah dilakukanNya bagi mereka. Dengan berlaku demikian, mereka juga mendapatkan kepuasan hidup melalui jerih payah mereka bagi Kristus. Adalah tugas dari para pemimpin gereja untuk menolong membangun para orang kudus sehingga mereka dapat diperlengkapi lebih lanjut untuk pelayanan yang sesuai dengan panggilan Allah kepada mereka. Hasil yang dikehendaki oleh karunia roh adalah gereja sebagai kesatuan dapat bertumbuh, diperkuat oleh kombinasi dari setiap anggota tubuh.
Untuk menyimpulkan perbedaan antara karunia roh dan talenta: (1) Talenta adalah hasil dari genetik dan/atau latihan, sedangkan karunia roh adalah hasil dari kuasa Roh Kudus. (2) Talenta dapat dimiliki oleh siapa saja, Kristen atau bukan Kristen, sedangkan karunia roh hanya dimiliki oleh orang-orang Kristen. (3) Walaupun talenta dan karunia roh seharusnya digunakan bagi kemuliaan Kristus dan untuk melayani orang lain, karunia roh berfokus pada karya ini sementara talenta bisa saja digunakan untuk sesuatu yang sama sekali tanpa tujuan rohani.
Ada tiga peristiwa di dalam kitab Kisah Rasul di mana berbahasa lidah terjadi bersamaan dengan menerima Roh Kudus (Kisah 2:4; 10:44-46; 19:6). Namun ketiga peristiwa ini adalah satu-satunya tempat di dalam Alkitab di mana bahasa lidah adalah bukti dari menerima Roh Kudus. Dalam seluruh kitab Kisah Rasul, ribuan orang percaya kepada Yesus dan tidak ada dikatakan apa-apa tentang mereka berbahasa lidah (Kisah 2:41; 8:5-25; 16:31-34; 21:20). Dalam Perjanjian Baru tidak pernah diajarkan bahwa berbahasa lidah adalah satu-satunya bukti bahwa seseorang telah menerima Roh Kudus. Bahkan kenyataannya, Perjanjian Baru mengajarkan hal yang sebaliknya. Kita diberitahukan bahwa setiap orang yang percaya pada Kristus memiliki Roh Kudus (Roma 8:9; 1 Korintus 12:13; Efesus 1:13-14), namun tidak semua orang percaya berbahasa lidah (1 Korintus 12:29-31).
Jadi mengapa berbahasa lidah menjadi bukti dari memiliki Roh Kudus dalam ketiga bagian Alkitab dalam kitab Kisah Rasul tsb? Kisah 2 mencatat bahwa para rasul dibaptiskan dalam Roh Kudus dan diberikan kuasa olehNya untuk mengabarkan Injil. Para Rasul dimampukan untuk berbicara dalam bahasa asing (bahasa lidah) agar mereka dapat membagikan kebenaran kepada setiap orang dalam bahasa mereka sendiri. Kisah pasal 10 mencatat Rasul Petrus diutus membagikan Injil dengan orang-orang bukan Yahudi. Sebagai orang-orang Yahudi, Petrus dan orang-orang Kristen mula-mula lainnya sulit untuk menerima orang-orang dari bangsa lain (mereka yang bukan orang Yahudi) dalam gereja. Allah memberikan kemampuan berbahasa lidah kepada orang-orang berbangsa lain ini untuk mendemonstrasikan bahwa mereka menerima Roh Kudus yang sama dengan yang telah diterima oleh para rasul (Kisah 10:47, 11:17).
Kisah 10:44-47 menggambarkan hal ini, "Ketika Petrus sedang berkata demikian, turunlah Roh Kudus ke atas semua orang yang mendengarkan pemberitaan itu. Dan semua orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus, tercengang-cengang, karena melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga, sebab mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah. Lalu kata Petrus: "Bolehkah orang mencegah untuk membaptis orang-orang ini dengan air, sedangkan mereka telah menerima Roh Kudus sama seperti kita?"" Di kemudian hari Petrus menunjuk pada peristiwa ini sebagai bukti bahwa Allah juga menyelamatkan bangsa-bangsa lainnya (Kisah 15:7-11).
Berbahasa lidah tidak pernah dikemukakan sebagai sesuatu yang harus didapatkan oleh semua orang Kristen ketika mereka menerima Yesus sebagai Juruselamat dan karena itu dibaptiskan dalam Roh Kudus. Kenyataannya, dari semua kisah pertobatan dalam Perjanjian Baru, hanya dua yang mencatat bahasa liidah dalam konteks tsb. Bahasa lidah adalah karunia ajaib yang memiliki tujuan khusus untuk waktu yang khusus. Bahasa lidah bukan dan tidak pernah menjadi bukti dari menerima Roh Kudus.
Orang-orang percaya memiliki Roh Kristus, pengharapan kemuliaan dalam diri mereka (Kolose 1:27). Mereka yang hidup dalam Kristus akan menyatakan kesucian dalam kehidupan sehari-hari. Ini adalah merupakan hasil dari secara sengaja dan dengan iman memilih untuk bersandar pada Roh Kudus untuk menuntun pikiran, kata-kata dan perbuatan (Roma 6:11-14). Tidak bersandar pada bimbingan Roh Kudus akan mengakibatkan orang percaya tsb. tidak hidup sesuai dengan panggilan dan kedudukan yang disediakan oleh keselamatan (Yohanes 3:3, Efesus 4:1; Filipi 1:27). Kita dapat mengetahui bahwa kita hidup dalam Roh kalau kehidupan kita menunjukkan buah Roh yang adalah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan, dan penguasaan diri (Galatia 5:22-23). Dipenuhi (hidup) dengan Roh adalah sama dengan mengizinkan Firman Kristus (Alkitab) untuk diam dengan segala kekayaanNya di dalam kita (Kolose 3:16).
Hasilnya adalah pengucapan syukur, puji-pujian dan sukacita (Efesus 5:18-20; Kolose 3:16). Anak-anak Allah akan dipimpin oleh Roh Allah (Roma 8:14). Ketika orang Kristen memilih untuk tidak hidup dalam Roh, dan karena itu berdosa dan mendukakan Dia, jalan keluar telah dipersiapkan untuk pemulihan kembali melalui pengakuan akan kesalahan (Efesus 4:30; 1 Yohanes 1:9). "Hidup dalam Roh" adalah menaati pimpinan Roh. Pada dasarnya itu adalah "berjalan bersama" Roh, mengizinkan Roh untuk menuntun langkah kita dan mencocokkan pikiran kita. Secara ringkas, sebagaimana kita menerima Kristus dengan iman, dengan iman pula Dia meminta kita untuk hidup di dalam Dia sampai kita diangkat ke surga dan akan mendengar dari sang Tuan, "Baik sekali!" (Kolose 2:5, Matius 25:23).