Dosa digambarkan dalam Alkitab sebagai pelanggaran hukum Allah (1 Yohanes 3:4) dan pemberontakan melawan Allah (Ulangan 9:7; Yosua 1:18). Dosa berawal dari Lucifer, "si Bintang Timur, Putra Fajar," yang paling cantik dan gagah perkasa dari semua malaikat. Karena tidak puas dengan semua ini, dia ingin menjadi Allah yang mahatinggi dan hal ini menyebabkan kejatuhannya dan awal dari dosa (Yesaya 14:12-15). Dengan nama baru, Iblis, dia membawa dosa kepada umat manusia di taman Eden ketika dia mencobai Adam dan Hawa dengan godaan yang sama, "engkau akan menjadi sama seperti Allah." Kejadian 3 menjelaskan pemberontakan mereka melawan Allah dan perintah-perintahNya. Sejak saat itu dosa diwariskan kepada semua generasi umat manusia dan kita, sebagai keturunan Adam, mewarisi dosa dari dia. Roma 5:12 memberitahukan bahwa melalui Adam dosa masuk ke dalam dunia dan kematian diwariskan kepada semua orang karena "upah dosa adalah maut" (Roma 6:23).
Melalui Adam kecenderungan untuk berbuat dosa masuk ke dalam umat manusia dan manusia menjadi orang yang secara natur sudah berdosa. Ketika Adam berdosa naturnya diubah oleh dosa dan pemberontakannya mengakibatkan kematian secara rohani dan kejatuhan yang diwariskan pada semua yang lahir setelah dia. Manusia menjadi orang-orang berdosa bukan karena mereka berbuat dosa, mereka berbuat dosa karena mereka adalah orang-orang berdosa. Inilah keadaan yang disebut sebagai dosa warisan. Sama seperti kita mewarisi karakteristik fisik dari orangtua kita, kita mewarisi natur dosa dari Adam. Raja Daud meratapi natur kejatuhan manusia ini dalam Mazmur 51:7 "Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku."
Jenis dosa yang lain dikenal sebagai dosa dikenal sebagai dosa yang diimputasikan. Dalam dunia keuangan dan hukum, kata Bahasa Yunani yang diterjemahkan dimputasikan berarti mengambil sesuatu dari orang lain dan memperhitungkan itu kepada orang lainnya lagi. Sebelum hukum Musa diberikan, dosa tidak diperhitungkan kepada manusia sekalipun manusia tetap berdosa karena dosa warisan. Setelah Hukum Taurat diberikan, dosa-dosa yang melanggar Hukum Taurat dimputasikan (diperhitungkan) kepada manusia (Roma 5:13). Bahkan sebelum pelanggaran Taurat diperhitungkan pada manusia, hukuman yang paling berat terhadap dosa (kematian) tetap berlaku (Roma 5:14). Semua orang, dari Adam sampai Musa, takluk kepada kematian, bukan karena mereka melanggar hukum Musa (yang tidak mereka miliki), namun karena natur dosa yang mereka warisi. Setelah Musa, umat manusia mengalami kematian karena dosa warisan dari Adam dan karena dosa yang diimputasikan karena pelanggaran hukum Tuhan.
Allah mempergunakan prinsip imputasi untuk keuntungan umat manusia ketika Dia memperhitungkan dosa orang-orang percaya kepada Yesus Kristus yang telah membayar hutang dosa (kematian) di atas salib. Karena memperhitungkan dosa kita kepada Yesus, Allah memperlakukan Dia seperti Dia adalah orang berdosa walaupun sebetulnya Dia tidak berdosa, dan mengakibatkan Yesus mati bagi dosa-dosa semua orang yang percaya kepadaNya. Penting untuk dimengerti bahwa dosa diperhitungkan kepada Yesus namun Dia tidak mewarisinya dari Adam. Dia menanggung hukuman dosa, namun Dia tidak pernah menjadi orang berdosa. Natur Yesus yang suci dan sempurna tidak tersentuh oleh dosa. Sekalipun Dia tidak pernah berbuat dosa, Dia diperlakukan sepertinya Dia yang bersalah karena dosa-dosa yang dilakukan oleh orang-orang yang akhirnya percaya kepadaNya. Sebagai gantinya, Allah memperhitungkan kebenaran dan keadilan Kristus kepada orang-orang percaya sama seperti Dia memperhitungkan dosa kita kepada Yesus (2 Korintus 5:21).
Dosa pribadi adalah dosa yang dilakukan setiap hari oleh setiap orang. Karena kita telah mewarisi natur dosa dari Adam, kita berbuat dosa secara individu, dosa pribadi " segala sesuatu, mulai dari dosa yang paling polos sampai pada pembunuhan. Mereka yang tidak beriman pada Yesus Kristus harus menanggung hukuman untuk dosa-dosa pribadi ini, sekaligus dosa-dosa yang diwarisi dan diimputasikan. Namun demikian, orang-orang percaya telah dibebaskan dari hukuman kekal untuk dosa (kematian rohani dan neraka). Sekarang kita bisa memilih apakah akan melakukan dosa pribadi atau tidak karena melalui Roh Kudus yang berdiam di dalam kita, yang menguduskan dan meyakinkan kita akan dosa, kita sekarang memiliki kuasa untuk menolak dosa (Roma 8:9-11). Setelah kita mengakui dosa pribadi kita kepada Allah dan mohon pengampunanNya, hubungan dan persekutuan kita dengan Tuhan dipulihkan kembali. " Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan."
Dosa warisan, dosa yang diimputasikan dan dosa pribadi " semuanya telah disalibkan di kayu salib Yesus dan sekarang "di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya" (Efesus 1:7).
Dalam Matius 5:21-28 Yesus menyamakan perzinahan dengan nafsu yang ada di dalam hati, dan menyamakan pembunuhan dengan membenci di dalam hati. Namun ini tidak berarti bahwa semua dosa adalah sama. Apa yang Yesus berusaha jelaskan kepada orang-orang Farisi adalah hanya memiikirkan atau benar-benar melakukan perbuatan tsb, semuanya adalah dosa. Para pemimpin agama pada zaman Yesus mengajarkan bahwa orang boleh memikirkan tentang apapun yang orang itu inginkan, selama keinginan itu tidak dilakukan. Yesus membuat mereka menyadari bahwa Allah menghakimi pikiran orang dan juga perbuatan-perbuatan mereka. Yesus memproklamirkan bahwa perbuatan kita adalah hasil dari apa yang ada dalam hati kita (Matius 12:34).
Jadi walaupun Yesus mengatakan bahwa nafsu dan perzinahan kedua-keduanya adalah dosa, tidak berarti keduanya sama. Membunuh orang adalah jauh lebih jahat dibanding dengan sekedar membenci " sekalipun di hadapan Tuhan keduanya adalah dosa. Ada tingkatan dosa. Ada dosa yang lebih jahat dari yang lainnya. Namun pada saat yang sama, dalam hubungannya dengan konsekwensinya dalam kekekalan dan keselamatan, semua dosa sama. Semua dosa membawa kepada penghukuman kekal (Roma 6:23). Semua dosa, tidak peduli betapapun "kecilnya" adalah pemberontakan melawan Tuhan yang kekal dan tidak terbatas, dan karenanya harus mendapat hukuman yang kekal dan tidak terbatas. Lebih lanjut, tidak ada dosa yang terlalu "besar" yang tidak dapat Tuhan ampuni. Yesus mati membayar hutang dosa kita (1 Yohanes 2:2). Yesus mati untuk SEMUA dosa kita (2 Korintus 5:21). Apakah semua dosa sama di hadapan Tuhan? Ya dan tidak. Dalam kedahsyatannya? Tidak. Dalam hukumannya? Ya. Dalam pengampunannya? Ya.
Banyak orang yang takut kepada ke tujuh dosa yang katanya tidak akan diampuni oleh Tuhan. Daftar ini disebut sebagai "tujuh dosa yang mematikan." Apakah konsep mengenai "tujuh dosa yang mematikan" bersifat Alkitabiah? Ya dan tidak. Amsal 6:16-19 mengatakan, "Enam perkara ini yang dibenci TUHAN, bahkan, tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi hati-Nya: (1) mata sombong, (2) lidah dusta, (3) tangan yang menumpahkan darah orang yang tidak bersalah, (4) hati yang membuat rencana-rencana yang jahat, (5) kaki yang segera lari menuju kejahatan, (6) seorang saksi dusta yang menyembur-nyemburkan kebohongan dan (7) yang menimbulkan pertengkaran saudara." Namun ini bukanlah daftar yang dipahami oleh kebanyakan orang sebagai "tujuh dosa yang mematikan."
Kebanyakan orang mengerti "tujuh dosa yang mematikan" sebagai kesombongan, iri hati, rakus, nafsu, kemarahan, ketamakan, dan kemalasan. Sekalipun semua ini adalah dosa, hal-hal ini tidak disebutkan dalam Alkitab sebagai "tujuh dosa yang mematikan." Daftar tradisional dari "ketujuh dosa yang mematikan" berfungsi sebagai cara yang baik untuk mengelompokkan berbagai dosa yang ada. Hampir semua jenis dosa dapat dimasukkan ke dalam salah satu dari tujuh kategori itu. Yang lebih penting lagi adalah kita menyadari bahwa ketujuh dosa ini tidak lebih "mematikan" dibanding dengan dosa-dosa lain. Semua dosa mengakibatkan kematian (Roma 6:23). Puji Tuhan, bahwa melalui Yesus Kristus semua dosa kita, termasuk "ke tujuh dosa yang mematikan" dapat diampuni (Matius 26:28; Kisah Rasul 10:43; Efesus 1:7).
Ada dua hal yang berkaitan dengan pertanyaan ini. (1) Ada hal-hal yang Alkitab secara spesifik sebut dan nyatakan sebagai dosa. Contohnya antara lain: Amsal 6:16-19; Galatia 5:19-21; 1 Korintus 6:9-10. Tidak ada keraguan bahwa Alkitab menyebut kegiatan-kegiatan ini sebagai dosa, hal-hal yang tidak diperkenankan oleh Tuhan. Pembunuhan, perzinahan, dusta, mencuri, dll " tidak ada keraguan sama sekali bahwa semua ini adalah dosa.
(2) Yang lebih sulit berhubungan dengan menentukan apa yang Alkitab tidak secara khusus sebutkan sebagai dosa. Ketika Alkitab tidak berbicara mengenai topik tertentu, kita memiliki beberapa pedoman umum dalam FirmanNya untuk menuntun kita. (a). Ketika tidak ada referensi tertentu dalam Alkitab, adalah bagus untuk bertanya, bukan apakah hal tertentu itu buruk, namun apakah hal itu pasti baik. Contohnya, Alkitab mengatakan, "pergunakanlah waktu yang ada" (Kolose 4:5). Dibandingkan dengan kekekalan, hari-hari kita di atas bumi ini sangat singkat dan berharga sehingga tidak seharusnya kita menghambur-hamburkan waktu untuk hal-hal yang mementingkan diri sendiri, tapi hanya melakukan apa yang "baik yang membangun" (Efesus 4:29).
(b) Tes yang baik untuk menentukan adalah apakah kita dapat secara jujur, dengan hati nurani yang bersih, minta Tuhan memberkati dan menggunakan kegiatan tertentu itu untuk rencanaNya yang indah. "Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah" (1 Korintus 10:31). Jikalau ada keraguan apakah itu menyenangkan Tuhan atau tidak, lebih baik jangan dilakukan. "Dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa" (Roma 14:23). (c) Kita perlu mengingat bahwa tubuh kita, sebagaimana jiwa kita, telah ditebus dan menjadi milik Tuhan. "Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, "dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!" (1 Korintus 6:19-20). Kebenaran agung ini seharusnya memiliki peranan nyata dalam apa yang kita lakukan dengan tubuh kita.
(d) Kita mesti mengevaluasi tindakan-tindakan kita bukan hanya dalam hubungan dengan Tuhan, namun juga dalam hubungan dengan dampaknya bagi keluarga kita, teman-teman kita, dan orang-orang lain secara umum. Sekalipun sesuatu hal itu tidak mengganggu kita secara pribadi, namun kalau hal itu memiliki pengaruh tidak baik atau merusak orang lain, itu salah. " Baiklah engkau jangan makan daging atau minum anggur, atau sesuatu yang menjadi batu sandungan untuk saudaramu " Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri" (Roma 14:21; 15:1). (e) Akhirnya, ingat bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat kita, dan tidak ada sesuatupun yang boleh lebih utama dari ketaatan kita kepada kehendakNya. Tidak boleh ada kebiasaan, rekreasi, ambisi apapun yang boleh menguasai hidup kita " hanya Kristus yang boleh memiliki otoritas tsb. "Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun" (1 Korintus 6:12). "Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita" (Kolose 3:17).
Alkitab berbicara sarana-sarana berikut ini untuk mengatasi dosa kita:
(1) Roh Kudus " Roh kudus adalah sebuah hadiah yang diberikan Allah kepada kita (gerejaNya) agar dapat berkemenangan dalam hidup Kristiani. Dalam Galatia 5:16-25 Allah mempertentangkan keinginan daging dan buah Roh Kudus. Dalam bagian Alkitab ini, kita dipanggil untuk hidup dalam Roh. Setiap orang percaya sudah memiliki Roh Kudus, namun ayat ini memberitahu kita bahwa kita perlu hidup dalam Roh, tunduk kepada kuasaNya. Ini berarti secara aktif mengikuti gerakan Roh Kudus dan bukan mengikuti kedagingan.
Besarnya peranan Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya dapat dilihat dalam hidup Petrus yang sebelum dipenuhi Roh Kudus menyangkal Yesus tiga kali sesudah mengatakan bahwa dia akan mengikuti Kristus sampai mati. Setelah dipenuhi Roh Kudus, dia berbicara kepada orang-orang Yahudi pada hari Pentakosta dengan tanpa takut dan penuh keyakinan.
Seseorang hidup dalam Roh Kudus saat dia tidak berusaha membatasi gerakan Roh Kudus ("memadamkan Roh" yang dibicarakan dalam 1 Tesalonika 5:19) dan berusaha untuk hidup dipenuhi dengan Roh (Efesus 5:18-21). Bagaimana seseorang dapat dipenuhi dengan Roh Kudus? Pertama-tama, sama seperti dalam Perjanjian Lama, Tuhan yang menentukan. Dia memilih orang-orang dan peristiwa-peristiwa tertentu dalam Perjanjian Lama untuk memenuhi orang-orang yang dipilihNya untuk menggenapi pekerjaan yang dikehendakiNya (Kejadian 41:38; Keluaran 31:3; Bilangan 24:2; 1 Samuel 10:10; dll). Saya percaya bahwa Efesus 5:18-21 dan Kolose 3:16 membuktikan bahwa Tuhan memilih untuk memenuhi orang-orang yang memenuhi diri mereka dengan Firman Tuhan. Hal ini nyata bahwa hasil dari kedua pemenuhan dalam ayat-ayat tsb adalah sama. Dan ini mengantar kita kepada sarana berikutnya.
(2) Firman Tuhan, Alkitab " 2 Timotius 3:16-17 mengatakan bahwa Tuhan telah memberikan FirmanNya kepada kita untuk memperlengkapi kita untuk setiap pekerjaan baik. Alkitab mengajar bagaimana kita hidup dan apa yang kita percaya. Alkitab menolong kita untuk melihat saat kita mengambil jalan yang salah dan menolong kita untuk kembali ke jalan yang benar dan terus berjalan di jalan itu. Sebagaimana dibagikan dalam Ibrani 4:12, Firman Tuhan hidup dan berkuasa dan mampu menembus ke dalam hati kita dan mengangkat masalah paling dalam yang secara manusia tidak dapat ditangani. Pemazmur berbicara mengenai kuasa Alkitab untuk mengubah hidup dalam Mazmur 119:9,11, 105 dan ayat-ayat lainnya. Yosua diberitahukan bahwa kunci keberhasilannya mengatasi musuh (sebagai analogi dari peperangan rohani kita) adalah tidak melupakan sarana yang satu ini namun merenungkannya siang dan malam supaya dia dapat melakukannya. Yosua melakukan ini sekalipun apa yang Tuhan perintahkan tidak masuk akal secara militer, dan inilah kunci kemenangannya dalam merebut Tanah Perjanjian.
Sumber yang satu ini seringkali kita perlakukan dengan sepele. Kita membawa Alkitab ke gereja atau membaca renungan harian atau satu pasal dalam sehari, namun kita lalai untuk menghapalnya, merenungkannya, mencari penerapannya dalam hidup kita, mengakui dosa yang ditunjukkannya, dan bersyukur untuk karunia yang diberikan Tuhan kepada kita. Dalam hubungannya dengan Alkitab kita sering kali tidak punya selera atau makan secara berlebihan. Kita sering kali makan Firman Tuhan hanya sekedar untuk mempertahankan hidup dengan menyantap Firman Tuhan hanya ketika kita ke gereja (tapi tidak pernah makan secara cukup untuk membuat kita jadi orang Kristen yang sehat dan segar bugar), atau kita sering sekali makan, tapi tidak pernah merenungkannya secara cukup untuk mendapatkan nutrisi rohani daripadanya.
Jikalau Anda tidak punya kebiasaan untuk mempelajari Firman Tuhan secara bermakna setiap hari dan menghapal ayat-ayat yang berkesan kepada kita, adalah penting untuk Anda mulai berusaha untuk menjadikan itu kebiasaan Anda. Saya juga ingin menyarankan Anda untuk memulai sebuah jurnal baik di komputer (kalau Anda mengetik lebih cepat dari menulis), atau dalam sebuah buku, dll. Jadikan kebiasaan untuk tidak meninggalkan Alkitab sampai Anda sudah mencatat segala yang Anda pelajari darinya. Saya juga sering mencatat doa-doa meminta Tuhan mengubah bagian-bagian hidup yang Tuhan telah tunjukkan kepada saya. Alkitab adalah alat yang Roh Kudus gunakan dalam hidup kita dan dalam hidup orang-orang lain (Efesus 6:17), suatu bagian utama dan penting dari senjata rohani yang Tuhan berikan untuk kita pakai dalam peperangan rohani ktia (Efesus 6:12-18)!
(3) Doa " Ini adalah sebuah sarana penting lainnya yang Tuhan telah berikan kepada kita. Inipun merupakan sebuah sarana yang sering kita orang Kristen hanya berbasa-basi namun jarang dipergunakan. Kita ada persekutuan doa, waktu-waktu untuk berdoa, dll., namun kita tidak menggunakannya sesuai dengan contoh yang diberikan oleh gereja mula-mula (Kisah Rasul 3:1; 4:31; 6:4; 13:1-3, dll). Paulus berkali-kali mengatakan bagaimana dia berdoa bagi mereka-mereka yang dia layani. Secara pribadi kita juga sering tidak menggunakan sarana ini. Tuhan telah memberikan janji-janji indah sehubungan dengan doa (Matius 7:7-11; Lukas 18:1-8; Yohanes 6:23-27; 1 Yohanes 5:14-15, dll). Dan kembali Paulus mencantumkan doa dalam pembahasannya mengenai peperangan rohani (Efesus 6:18)!
Bagaimanakah pentingnya doa? Ketika Anda melihat kepada Petrus, Anda mengingat apa yang dikatakan Yesus kepadanya di Taman Getsemani sebelum Petrus menyangkal Yesus. Di sana, saat Yesus berdoa, Petrus tidur. Yesus membangunkan dia dan berkata, "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah" (Matius 26:41). Sama seperti Petrus, Anda ingin melakukan apa yang baik tapi tidak memiliki kekuatan. Kita perlu mengikuti nasehat Tuhan untuk mencari, mengetuk dan meminta " dan Dia akan memberikan kita kekuatan yang kita perlukan (Matius 7:7ff). Tetapi kita tidak boleh sekedar berbasa basi dalam hal ini.
Saya tidak mengatakan bahwa doa memiliki kuasa magis. Bukan demikian. Allah adalah Allah yang luar biasa. Doa adalah pengakuan akan keterbatasan kita dan akan kuasa Tuhan yang tidak terbatas dan melalui doa kita berpaling kepadaNya untuk kuasa itu supaya kita dapat melakukan apa yang Dia ingin kita lakukan (bukan apa yang KITA ingin lakukan) (1 Yohanes 5:14-15).
(4) Gereja " Kembali kita sering mengabaikan sarana yang terakhir ini. Ketika Yesus mengutus murid-muridNya, Dia mengirimkan mereka dalam kelompok yang terdiri dari dua orang (Matius 10:1). Ketika kita membaca mengenai perjalanan-perjalanan misi di Kisah Rasul, mereka tidak pergi sendirian, tapi dalam kelompok yang terdiri dari paling sedikit dua orang. Yesus berkata di mana ada dua atau tiga orang berkumpul dalam namaNya, Dia ada di tengah-tengah mereka (Matius 18:20). Dia memerintahkan kita untuk jangan menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah sebagaimana yang dilakukan oleh oleh beberapa orang, tetapi menggunakan kesempatan itu untuk saling menasihati satu dengan yang lain dalam kasih dan pekerjaan baik (Ibrani 10:24-25). Yesus mengajarkan kita untuk saling mengaku dosa satu dengan yang lain (Yakobus 5:16). Dalam kitab-kitab hikmat dalam Perjanjian Lama, kita diberitahukan bahwa besi menajamkan besi orang menajamkan sesamanya (amsal 27:17). "Tali tiga lembar tak mudah diputuskan" (Pengkhotbah 4:11-12).
Ada orang-orang yang saya tahu yang bersekutu dengan saudara atau saudari seiman melalui telpon atau muka dengan muka dan membagikan bagaimana hidup keKristenan mereka, pergumulan mereka, dll., dan saling mendoakan satu dengan yang lain dan saling bertanggung jawab dalam menerapkan Firman Tuhan dalam relasi mereka, dst.
Kadang perubahan terjadi dengan cepat. Kadang, dalam bidang lain, perubahan terjadi dengan lebih lambat. Namun Tuhan telah berjanji bahwa selama kita menggunakan sarana-sarana yang diberikanNya, Dia AKAN mengubah hidup kita. Mari kita bertekun karena kita tahu bahwa Dia setia kepada janji-janjiNya.
Sejauh ini kata cari yang paling sering digunakan di internet adalah yang berhubungan dengan pornografi. Zaman ini pornografi merajalela. Dibanding dengan hal-hal lain, Iblis berhasil memutarbalikkan seks. Iblis mengambil apa yang baik dan benar (seks antara suami dan istri) dan menggantikannya dengan nafsu, pornografi, perzinahan, pemerkosaan dan homoseksualitas. Pornografi adalah langkah pertama dalam jalan curam kepada kejahatan dan kebejatan moral (Roma 6:19). Sebagaimana pengguna narkoba akan menggunakan narkoba dalam jumlah yang lebih banyak dan dosis yang lebih tinggi, pornografi juga akan menyeret orang kepada kecanduan seksual dan keinginan-keinginan yang berdosa.
Tiga kategori dosa adalah: keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup (1 Yohanes 2:16). Pornografi jelas menyebabkan keinginan daging, dan tidak dapat disangkal, keinginan mata. Jelas pornografi bukan sesuatu yang kita boleh pikirkan. " Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu" (Filipi 4:8). Pornografi menyebabkan kecanduan (1 Korintus 6:12; 2 Petrus 2:19), merusak (Amsal 6:25-28; Yehezkiel 20:30; Efesus 4:19) dan mengakibatkan kejahatan (Roma 6:19). Memuaskan nafsu kita terhadap orang lain di dalam pikiran kita (esensi dari pornografi) merupakan hal yang menjijikkan di hadapan Tuhan (Matius 5:28). Ketika kebiasaan pornografi menjadi karakteristik dari seseorang, hal ini menunjukkan bahwa orang tsb belum diselamatkan (1 Korintus 6:9).
Jikalau ada sesuatu dalam hidup saya sebelum saya menjadi orang Kristen yang dapat saya ubah, itu adalah keterlibatan saya dalam pornografi. Puji Tuhan " Dia mampu dan akan memberi kita kemenangan. Apakah Anda terlibat dalam pornografi dan mau bebas darinya? Berikut ini adalah beberapa langkah menuju kemenangan: (1) Akui dosa Anda kepada Tuhan (1 Yohanes 1:9). (2) Berdoa pada Tuhan untuk penyucian, pembaruan dan perubahan pikiran Anda (Roma 12:2). (3) Minta Tuhan memenuhi pikiran Anda dengan Filipi 4:8. (4) Belajar menguasai tubuh Anda dalam kesucian (1 Tesalonika 4:3-4). (5) Pahami makna sebenarnya dari seks dan hanya penuhi kebutuhan seks Anda dengan pasangan Anda (1 Korintus 7:1-5). (6) Sadari bahwa jika Anda hidup dalam Roh, Anda tidak akan mengikuti keinginan daging (Galatia 5:16) (7) Lakukan semua hal-hal praktis yang dapat mengurangi kontak Anda dengan pornografi (i.e. instal penghalang pornografi di komputer Anda, kurangi menonton TV dan video, cari orang Kristen lain yang bersedia berdoa untuk Anda dan menolong Anda untuk bertanggung jawab " jikalau Anda menikah, pasangan Anda).
Beberapa ayat Alkitab menasihati orang untuk menghindar dari alkohol (Imamat 10:9; Bilangan 6:3; Ulangan 14:26; 29:6; Hakim-Hakim 13:4,7,14; 1 Samuel 1:15; Amsal 20:1;31:4,6; Yesaya 5:11,22; 24:9; 28:7; 29:9; 56:12; Mikha 2:11; Lukas 1:15). Namun demikian, Alkitab tidak melarang orang Kristen dari minum bir, anggur atau minuman lain yang beralkohol. Orang Kristen diperintahkan untuk menjauhkan diri dari kemabukan (Efesus 5:18). Alkitab mengecam kemabukan dan akibatnya (Amsal 23:29-35). Orang Kristen juga diperintahkan untuk tidak membiarkan tubuh mereka "diperbudak" oleh apapun (1 Korintus 6:12; 2 Petrus 2:19). Alkitab juga melarang seorang Kristen dari melakukan apapun yang dapat menyinggung orang atau yang dapat membuat orang jatuh dalam dosa (1 Korintus 8:9-13). Dalam terang dari prinsip-prinsip ini, sulit sekali bagi orang Kristen untuk mengatakan bahwa dengan minum alkohol mereka memuliakan Tuhan (1 Korintus 10:31).
Yesus mengubah air menjadi anggur. Bahkan nampaknya kadang-kadang Yesus minum anggur (Yohanes 2:1-11; Matius 26:29). Dalam masa Perjanjian Baru air tidak selalu bersih. Tanpa usaha sanitasi modern, air dipenuhi dengan bakteri, virus dan segala macam kontaminasi lainnya. Hal yang sama juga terjadi di banyak dunia ketiga pada zaman sekarang ini. Akibatnya orang minum anggur (atau jus buah anggur) karena kecil kemungkinan untuk minuman itu terkontaminasi. Dalam 1 Timotius 5:23 Paulus menasehati Timotius untuk berhenti minum air (yang barangkali menyebabkan dia sakit perut) dan minum anggur. Di dalam Alkitab, kata bahasa Yunani untuk anggur adalah kata yang umum dipakai sehari-hari. Pada waktu itu minuman anggur difermentasikan tapi tidak sampai ke taraf seperti yang dilakukan saat ini. Tidak benar kalau dikatakan minuman anggur pada zaman itu sama dengan jus anggur sekarang, namun juga tidak benar kalau dikatakan bahwa minuman anggur dalam Alkitab sama dengan minuman anggur sekarang. Sekali lagi Alkitab tidak melarang orang Kristen untuk minum bir, anggur atau minuman lain yang mengandung alkohol. Alkohol itu sendiri tidak dinodai oleh dosa. Yang orang Kristen harus hindari adalah kemabukan dan kecanduan alkohol (Efesus 5:18; 1 Korintus 6:12). Namun demikian, ada prinsip-prinsip Alkitab yang membuat sulit untuk meyakinkan bahwa orang Kristen yang minum Alkohol dalam jumlah apapun dapat menyenangkan Tuhan.
Alkitab tidak pernah secara langsung menyinggung tentang merokok. Namun demikian ada beberapa prinsip yang dapat diterapkan pada merokok. Pertama, Alkitab memerintahkan kita untuk tidak membiarkan tubuh kita "diperhamba" oleh apapun. 1 Korintus 6:12 menyatakan, "Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun." Tidak dapat disangkal merokok dapat menyebabkan kecanduan yang kuat. Dalam pasal yang sama, belakangan kita diberitahukan bahwa, " Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, "dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!" (1 Korintus 6:19-20). Tidak dapat disangkal merokok sangat merusak kesehatan. Merokok telah dibuktikan merusak paru-paru dan juga sering merusak jantung.
Dapatkah merokok dianggap "menguntungkan" (1 Korintus 6:12)? Dapatkah dikatakan bahwa merokok benar-benar "memuliakan Allah dengan tubuhmu" (1 Korintus 6:20)? Dapatkah seseorang dengan jujur merokok "untuk memuliakan Allah?" (1 Korintus 10:31)? Kita percaya bahwa jawaban dari ketiga pertanyaan itu adalah "tidak." Karena itu, kita percaya bahwa merokok adalah dosa, dan karenanya tidak sepatutnya dilakukan oleh para pengikut Yesus Kristus.
Sebagian orang menolak pandangan ini dengan menunjuk pada fakta bahwa banyak orang makan makanan yang tidak sehat yang sama saja akibat buruknya terhadap tubuh kita. Contohnya, banyak orang yang kecanduan kafein sedemikian rupa sehingga mereka tidak dapat berfungsi sebelum minum kopi terlebih dahulu di pagi hari. Walaupun ini benar adanya, bagaimana hal ini membuat merokok menjadi sesuatu yang benar? Kita percaya bahwa orang-orang Kristen harus menghindari kerakusan dan makan makanan yang tidak sehat secara berlebihan. Betul, orang-orang Kristen sering kali bersikap munafik dengan mencela dosa yang satu dan mengizinkan dosa yang lainnya " namun sekali lagi, bagaimana hal ini membuat merokok sebagai sesuatu yang memuliakan Tuhan?
Alasan lain yang melawan pandangan sedemikian terhadap merokok adalah fakta bahwa banyak orang-orang yang rohani yang adalah perokok, seperti pengkhotbah berkebangsaan Inggris yang ternama, C.H. Spurgeon. Sekali lagi alasan seperti ini tidak dapat diterima. Kami percaya bahwa dengan merokok Spurgeon berbuat salah. Apakah dia adalah orang rohani dan pengajar Firman Tuhan yang fantastik? Sama sekali tidak diragukan! Apakah itu berarti semua kebiasaannya memuliakan Tuhan? Tidak.
Dengan mengatakan bahwa merokok itu dosa, kita tidak mengatakan bahwa semua perokok tidak diselamatkan. Banyak orang yang percaya pada Yesus Kristus yang merokok. Merokok tidak menghalangi seseorang untuk diselamatkan, dan juga tidak membuat orang kehilangan keselamatan. Merokok tidak membuat orang tidak dapat diampuni, baik untuk orang menjadi Kristen, maupun untuk orang Kristen yang bersedia mengakui dosanya kepada Allah (1 Yohanes 1:9). Pada saat yang sama, dengan yakin kami percaya bahwa merokok adalah dosa yang harus ditinggalkan dan dengan pertolongan Tuhan, diatasi.
Judi dapat didefinisikan sebagai "mempertaruhkan uang dalam usaha untuk melipatgandakan uang tsb untuk sesuatu yang kemungkinannya kecil." Alkitab tidak secara khusus mencela perjudian, pertaruhan atau lotto. Namun Alkitab memperingatkan kita untuk menjauhkan diri dari cinta uang (1 Timotius 6:10; Ibrani 13:5). Alkitab juga menasehati kita untuk menjauhkan diri dari usaha "mendapat kekayaan dengan cepat" (Amsal 13:11; 23:5; Pengkhotbah 5:10). Judi jelas sekali berfokus pada cinta uang dan menggoda orang dengan janji untuk mendapatkan kekayaan secara cepat dan mudah.
Apa masalahnya dengan judi? Judi adalah isu yang sulit karena kalau dilakukan dengan tidak berlebihan dan hanya sesekali, itu adalah menghamburkan uang, namun tidak berarti itu adalah sesuatu yang "jahat." Orang menghamburkan uang dalam berbagai macam aktifitas. Judi tidak menghamburkan lebih banyak atau lebih sedikit uang dibanding dengan menonton film (dalam banyak hal), makan makanan yang mewah/mahal, membeli barang yang tidak perlu. Namun demikian, fakta bahwa uang juga dihamburkan dalam hal-hal lain tidak lalu membenarkan judi. Uang tidak seharusnya dihambur-hamburkan. Uang yang lebih seharusnya ditabung untuk supaya nanti dapat diberikan untuk pekerjaan Tuhan, bukan untuk dihabiskan dengan berjudi.
Judi dalam Alkitab: Walaupun Alkitab tidak secara eksplisit mencantumkan judi, Alkitab ada menyebut permainan "untung-untungan." Contohnya, melempar undi digunakan dalam Imamat untuk memilih antara domba yang akan dikorbankan dan domba yang akan dilepaskan. Yosua membuang undi untuk membagi tanah kepada berbagai suku. Nehemia membuang undi untuk menentukan siapa yang akan tinggal di Yerusalem dan siapa yang tidak. Para rasul membuang undi untuk menentukan pengganti Yudas. Amsal 16:33 mengatakan, "Undi dibuang di pangkuan, tetapi setiap keputusannya berasal dari pada TUHAN." Dalam Alkitab judi atau "untung-untungan" tidak pernah digunakan sebagai hiburan atau sebagai kebiasaan yang pantas bagi para pengikut Tuhan.
Kasino dan lotto: Kasino menggunakan segala bentuk pemasaran untuk menarik penjudi mempertaruh uang sebanyak mungkin. Mereka sering menawarkan minuman keras secara murah atau bahkan tanpa bayar, yang mengakibatkan kemabukan dan menurunnya kemampuan untuk membuat keputusan secara bijaksana. Segala sesuatu dalam kasino ditata sedemikian rupa untuk mendapatkan uang dalam jumlah besar dan tidak mengembalikan apa-apa, kecuali kesenangan yang singkat dan kosong. Lotto berusaha melukiskan dirinya sebagai cara untuk mendanai pendidikan dan/atau program-program sosial. Namun demikian studi memperlihatkan bahwa orang yang bermain lotto biasanya adalah orang-orang yang justru tidak mampu untuk mengeluarkan uang untuk memasang lotto. Bagi mereka yang sudah kehabisan akal, daya tarik untuk "cepat kaya" sering merupakan godaan yang terlalu sulit untuk ditahan. Kesempatan untuk menang begitu kecilnya sehingga akibatnya banyak yang hidupnya dihancurkan.
Mengapa keuntungan dari lotto tidak menyenangkan Tuhan? Banyak orang mengklaim bahwa mereka pasang lotto atau berjudi supaya mereka dapat memberi uang kepada gereja atau untuk pekerjaan amal lainnya. Walaupun ini adalah motif yang baik, kenyataannya hanya sedikit yang menggunakan keuntungan dari judi untuk maksud-maksud rohani. Studi memperlihatkan bahwa mayoritas dari mereka yang menang lotto justru berada dalam situasi keuangan yang lebih parah beberapa tahun setelah menang jackpot dibanding sebelumnya. Hanya sedikit, kalaupun ada, yang memberi untuk pekerjaan amal. Lebih dari itu, Allah tidak membutuhkan uang kita untuk mendanai pekerjaanNya dalam dunia ini. Amsal 13:11 mengatakan, "Harta yang cepat diperoleh akan berkurang, tetapi siapa mengumpulkan sedikit demi sedikit, menjadi kaya." Allah berdaulat dan akan menyediakan segala kebutuhan gereja melalui cara-cara yang jujur. Apakah Tuhan akan dipermuliakan melalui uang hasil penjualan narkoba, atau uang yang dirampok dari bank? Demikian pula Tuhan tidak menghendaki uang yang "dicuri" dari orang-orang miskin melalui godaan untuk cepat kaya.
1 Timotius 6:10 memberitahu kita "karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka." Ibrani 13:5 menyerukan, "Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."" Matius 6:24 mengatakan, "Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."
Perjanjian Lama memerintahkan orang-orang Israel, "Janganlah kamu menggoresi tubuhmu karena orang mati dan janganlah merajah tanda-tanda pada kulitmu; Akulah TUHAN" (Imamat 19:28). Jadi walaupun orang Kristen pada zaman sekarang tidak berada di bawah hukum Perjanjian Lama (Roma 10:4; Galatia 3:23-25; Efesus 2:15), kenyataan adanya larangan mengenai tato seharusnya menimbulkan pertanyaan bagi kita. Perjanjian Baru tidak berbicara apa-apa mengenai boleh tidaknya orang Kristen ditato.
Dalam hubungannya dengan tato dan merajah tubuh, ujian yang paling baik adalah apakah kita dapat dengan jujur, dengan hati nurani yang tulus, minta Tuhan memberkati dan menggunakan hal tsb untuk rencanaNya yang indah. "Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah" (1 Korintus 10:31). Alkitab tidak melarang tato atau rajah tubuh, namun juga tidak memberikan alasan untuk kita percaya bahwa Allah menghendaki kita mendapatkan tato atau merajah badan kita.
Isu lain yang perlu dipertimbangkan adalah soal sopan santun. Alkitab memerintahkan kita untuk berpakaian dengan sopan (1 Timotius 2:9). Salah satu aspek dari kesopan-santunan adalah memastikan bahwa bagian tubuh yang harus ditutupi oleh pakaian ditutup dengan pantas. Namun demikian, makna dasar dari sopan santu adalah tidak menarik perhatian. Orang yang berpakaian dengan sopan berpakaian sedemikian rupa sehingga tidak menarik perhatian orang terhadap diri mereka. Tato dan rajah tubuh jelas menarik perhatian. Dalam pengertian ini, tato dan rajah tubuh tidak sopan.
Prinsip Alkitabiah yang penting dalam isu-isu yang tidak secara khusus dibicarakan adalah kalau ada keragu-raguan apakah itu menyenangkan Tuhan atau tidak, lebih baik jangan lakukan. "Dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa" (Roma 14:23). Kita perlu mengingat bahwa tubuh kita, sebagaimana jiwa kita, telah ditebus dan merupakan milik Allah. Sekalipun 1 Korintus 6:19-20 tidak secara khusus diterapkan pada tato dan merajah badan, ayat-ayat ini memberikan sebuah prinsip kepada kita. "Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, --dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!" (1 Korintus 6:19-20). Kebenaran yang agung ini seharusnya mempengaruhi apa dan bagaimana kita memperlakukan tubuh kita. Kalau tubuh kita adalah milik Tuhan, kita perlu mendapatkan "izin" yang jelas sebelum "menandainya" dengan tato dan rajah.
Ya, semua orang mewarisi dosa dari Adam dan Hawa, khususnya dari Adam. Dosa dilukiskan dalam Alkitab sebagai pelanggaran terhadap hokum Allah (1 Yohanes 3:4) dan pemberontakan melawan Allah (Ulangan 9:7; Yosua 1:18). Kejadian 3 menggambarkan pemberontakan Adam dan Hawa melawan Allah dan perintah-Nya. Karena ketidaktaatan Adam dan Hawa, dosa telah menjadi "warisan" untuk semua keturunan-keturunan mereka. Roma 5:12 memberitahukan kepada kita bahwa melalui Adam dosa telah masuk ke dalam dunia dan kematian diteruskan kepada semua manusia karena semua orang telah berbuat dosa. Dosa yang diteruskan ini dikenal sebagai dosa warisan. Sebagaimana kita mewarisi karakter-karakter fisik dari orangtua kita, kita mewarisi natur dosa kita dari Adam.
Adam dan Hawa diciptakan dalam gambar dan rupa Allah (Kejadian 1:26-27; 9:6). Akan tetapi, kita juga diciptakan dalam gambar dan rupa Adam (Kejadian 5:3). Ketika Adam jatuh ke dalam dosa, akibatnya adalah setiap orang dari keturunannya juga "dijangkiti" dengan dosa. Daud meratapi kenyataan ini di dalam salah satu mazmurnya: "Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku" (Mazmur 51:7). Ini tidak berarti bahwa ibunya melahirkan dia secara tidak sah; tetapi, ibunya telah mewarisi dosa natur dari orang tuanya, dan mereka dari orang tua mereka, dan seterusnya. Daud mewarisi dosa dari orang tuanya, sama seperti kita semua. Bahkan sekalipun kita hidup dengan kehidupan yang sebaik mungkin, kita tetap adalah orang berdosa sebagai akibat dari dosa warisan.
Dilahirkan sebagai orang berdosa mengakibatkan kita semua berdosa. Perhatikan perkembangan (dalam Roma 5:12: dosa masuk ke dalam dunia melalui Adam, maut mengikuti dosa, maut menjalar kepada semua manusia, semua manusia berdosa karena mereka mewarisi dosa dari Adam. Karena "semua orang tealh berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah" (Roma 3:23), kita memerlukan suatu korban yang sempurna, yang tidak berdosa untuk membasuh dosa-dosa kita, sesuatu yang kita tidak berdaya untuk lakukan sendiri. Syukurlah, Yesus Kristus adalah Juruselamat dari dosa! Dosa kita telah disalibkan di salib Yesus, dan sekarang "di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya (Efesus 1:7). Allah, di dalam hikmat-Nya yang tidak terbatas, telah menyediakan obat untuk dosa yang kita warisi, dan obat itu tersedia untuk semua orang: "Jadi ketahuilah, hai saudara-saudara, oleh karena Dialah maka diberitakan kepada kamu pengampunan dosa" (Kisah 13:38).
Istilah "dosa asal" berhubungan dengan dosa ketidaktaatan Adam dalam memakan dari Pohon Pengetahuan Baik dan Jahat dan efeknya terhadap umat manusia. Dosa asal bisa dijelaskan sebagai "dosa dan kesalahan yang kita semua miliki di mata Allah sebagai akibat secara langsung dari dosa Adam di Taman Eden." Doktrindosa asal khususnya berpusat pada efek-efeknya terhadap natur kita dan keberadaan kita di hadapan Allah, bahkan sebelum kita cukup dewasa untuk melakukan dosa. Ada tiga pandangan utama yang membahas efek itu.
Pelagianisme:: Pandangan ini mengatakan bahwa dosa Adam tidak mempunyai efek atas jiwa-jiwa keturuannnya drlsin daripada contoh dosanya yang mempengaruhi mereka yang yang mengikuti dia dan berdosa juga. Menurut pandangan ini, manusia memiliki kemampuan untuk berhenti berbuat dosa jika is memilih itu. Ajaran ini bertolakbelakang dengan sejumlah ayat Alkitab yang memberi indikasi bahwa manusia diperbudak oleh dosa-dosanya dengan tanpa harapan (terlepas dari campur tangan Tuhan) dan bahwa pekerjaannya yang baik adalah "mati" atau tidak bernilai apa-apa di mata Allah (Efesus 2:1-2; Matius 15:18-19; Roma 7:23; Ibrani 6:1; 9:14).
Arminianisme: Orang-orang Armenia percaya dosa Adam telah mengakibatkan seluruh manusia mewarisi kecenderungan untuk berdosa, biasanya menunjuk kepada memiliki "natur dosa." Natur dosa ini menyebabkan kita berdosa sebagaimana halnya natur seekor kucing yang menyebabkannya mengeong " terjadi secara alamiah. Menurut pandangan ini, manusia tidak dapat berhenti berdosa dengan kemampuannya sendiri; itulah sebabnya Allh memberi suatu anugerah umum kepada semua orang yang memampukan kita untuk berhenti. Dalam Arminianisme, anugerah ini disebut anugerah asal. Menurut pandangan ini, kita tidak bertanggung jawab atas dosa Adam, hanya dosa kita sendiri. Ajaran ini berlawanan dengan kenyataan bahwa semua orang menanggung hukuman atas dosa, walaupun tidak semua orang berbuat dosa dengan cara yang sama seperti Adam (1 Korintus 15:22; Roma 5:12-18). Tidak ada ajaran tentang anugerah asal yang ditemukan dalam Alkitab.
Calvinisme: Doktrin Calvin menyatakan bahwa dosa Adam mengakibatkan bukan hanya dalam hal kita memiliki dosa natur, tetapi juga dalam hal kesalahan kita di hadapan Allah yang mana kita patut dihukum. Dikandung dalam dosa asal di atas kita (Mazmur 51:7) mengakibatkan kita mewarisi dosa natur yang sangat jahat di mana Yeremia 17:9 menggambarkan hati manusia sebagai "lebih licik dari pada segala sesuatu." Bukan saja Adam ditemukan bersalah karena dia telah berdosa, tetapi kesalahannya dan hukumannya (maut) menjadi milik kita juga (Roma 5:12, 19). Ada dua pandangan tentang mengapa kesalahan Adam harus dilihat Allah sebagai dosa kita juga. Pandangan pertama menyatakan bahwa suku-suku bangsa adalah di dalam Adam dalam bentuk bibit; dengan demikian ketika Adam berdosa, kita berdosa di dalam dia. Ini sama dengan ajaran alkitabiah bahwa Lewi (keturunan Abraham) membayar persepuluhan kepada Melkisedek di dalam Abraham (Kejadian 14:20; Ibrani 7:4-9), walaupun Lewi baru lahir beratus-ratus tahun kemudian. Pandangan utama yang lain adalah bahwa Adam adalah sebagai wakil kita dan karena itu, ketika dia berdosa, kita juga dinyatakan bersalah.
Pandangan Calvin menyatakan seseorang tidak mampu menanggung dosanya jika terpisah dari kuasa Roh Kudus, suatu kuasa yang dimiliki hanya ketika orang itu bersandar kepada Kristus dan korban tebusan dosa-Nya di atas salib. Pandangan Calvin tentang dosa asal adalah yang paling konsisten dalam ajaran alkitabiah. Akan tetapi, bagaimana Allah dapat meminta kita bertanggung jawab untuk dosa yang kita tidak lakukan secara pribadi? Ada sebuah penjelasan yang dapat diterima yaitu bahwa kita menjadi bertanggung jawab untuk dosa asal ketika kita memilih untuk menerima, dan bertindak menurut natur kita yang berdosa. Ada satu titik dalam hidup kita ketika kita menjadi sadar akan keberdosaan kita sendiri. Pada saat itu kita harus menolak natur dosa dan bertobat dari itu. Sebaliknya, kita semua "menyetujui" natur berdosa, pada dasarnya mengatakan bahwa itu adalah baik adanya. Dalam menyetujui keberdosaan kita, kita menyatakan persetujuan dengan perbuatan Adam dan Hawa di Taman Eden. Karena itu kita bersalah atas dosa itu tanpa benar-benar melakukannya.
Kelihatannya kerakusan adalah dosa yang sering diabaikan orang Kristen. Seringkali kita cepat mengatakan merokok dan minum sebagai dosa, tetapi karena alasan tertentu kerakusan diterima atau paling tidak ditolerir. Banyak argumen yang dipakai untuk menentang merokok dan minum, seperti kesehatan dan kecanduan, berlaku juga untuk makan berlebihan. Bahkan banyak orang percaya tidak mau mempertimbangkan untuk minum segelas anggur atau mengisap sebatang rokok tetapi tidak ragu-ragu makan dengan rakus di meja makan. Ini tidak sepantasnya!
Amsal 23:20-21 memperingati kita, "Janganlah engkau ada di antara peminum anggur dan pelahap daging. Karena si peminum dan si pelahap menjadi miskin, dan kantuk membuat orang berpakaian compang-camping." Amsal 28:7 menyatakan, "Orang yang memelihara hukum adalah anak yang berpengertian, tetapi orang yang bergaul dengan pelahap mempermalukan ayahnya." Amsal 23:2 menyatakan, "Taruhlah sebuah pisau pada lehermu, bila besar nafsumu!"
Selera makan adalah contoh dari kemampuan kita untuk mengontrol diri sendiri. Jika kita tidak dapat mengontrol kebiasaan makan kita, kemungkinan kita juga tidak mampu mengontrol kebiasaan kita yang lain, seperti pikiran (hawa nafsu, ketamakan, kemarahan) dan tidak dapat menahan mulut kita dari gosip atau perselisihan. Kita tidak boleh membiarkan nafsu makan kita mengontrol kita, tetapi kita harus bisa mengontrol nafsu makan kita. (Lihat Ulangan 21:20, Amsal 23:2, 2 Petrus 1:5-7, 2 Timotius 3:1-9,dan 2 Korintus 10:5.) Kemampuan untuk mengatakan "tidak" kepada segala yang berlebihan"penguasaan diri"adalah salah satu buah Roh umum bagi semua orang percaya (Galatia 5:22).
Allah telah memberkati kita dengan memenuhi bumi ini dengan makanan yang enak, bergizi, dan nikmat. Kita harus menghormati ciptaan Allah dengan menikmati makanan-makanan ini dan dengan memakannya dalam jumlah yang sesuai. Allah memanggil kita untuk mengontrol nafsu makan kita, dan bukannya membiarkan nafsu makan kita yang mengontrol kita.
Anak-anak tidak dihukum untuk dosa yang dilakukan oleh orangtua mereka, demikian pula orangtua tidak dihukum untuk dosa dari anak-anak mereka. Setiap kita bertanggung jawab untuk dosa kita masing-masing. Yehezkiel 18:20 memberitahu kita, "Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya" (Yehezkiel 18:20). Ayat ini jelas menunjukkan bahwa hukuman untuk dosa seseorang ditanggung oleh orang itu.
Ada yang ayat yang mengakibatkan sebagian orang berpikir bahwa Alkitab mengajarkan hukuman dosa lintas generasi, namun penafsiran demikian tidaklah benar. Ayat yang dipertanyakan tsb. adalah Keluaran 20:5 yang dalam hubungan dengan berhala mengatakan, "Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku" (Keluaran 20:5). Ayat ini bukanlah mengenai hukuman, tapi mengenai konsekwensi. Dikatakan bahwa konsekwensi dosa seseorang dapat dirasakan sampai beberapa generasi kemudian. Allah memberitahu orang-orang Israel bahwa anak-anak mereka akan merasakan dampak dari generasi orangtua mereka sebagai konsekwensi alamiah ketidaktaatan dan sikap mereka yang membenci Allah. Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan demikian akan mempraktekkan penyembahan berhala yang serupa, dan dengan demikian meneruskan pola ketidaktaatan yang sudah ada. Akibat dari generasi yang tidak taat adalah menanamkan kejahatan dengan begitu dalamnya sehingga akan memakan waktu beberapa generasi untuk memulihkannya. Allah tidak menuntut pertanggungjawaban kita untuk dosa-dosa orangtua kita, namun kadang kala kita menderita sebagai akibat dari dosa-dosa orangtua kita, sebagaimana yang digambarkan dalam Keluaran 20:5.
Sebagaimana diperlihatkan dalam Yehezkiel 18:20, setiap kita bertanggungjawab untuk dosa kita masing-masing dan kita harus menanggung hukumannya. Kita tidak bisa membagikan kesalahan kita dengan orang lain, dan orang lain tidak bisa bertanggung jawab untuk itu. Namun demikian, ada satu pengecualian pada aturan ini, dan itu berlaku untuk semua umat manusia. Satu orang menanggung dosa orang-orang lain dan membayar hukuman dosa bagi mereka sehingga orang-orang berdosa dapat menjadi benar dan suci di hadapan Allah. Orang itu adalah Yesus Kristus. Allah mengutus Yesus Kristus ke dalam dunia untuk mengganti kesempurnaan-Nya dengan dosa kita. "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah" (2 Korintus 5:21). Yesus Kristus mengangkat hukuman dosa bagi mereka yang datang kepada-Nya dalam iman.
1 Yohanes 5:16 adalah salah satu ayat Perjanjian Baru yang paling sulit untuk ditafsirkan. "Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa" (1 Yohanes 5:16). Dari semua penafsiran yang ada, tidak ada yang menjawab semua pertanyaan mengenai ayat ini. Penafsiran terbaik diperoleh dengan membandingkan ayat ini dengan apa yang terjadi pada Ananias dan Safira dalam Kisah 5:1-10 (lihat pula 1 Korintus 11:30). "Berdosa sampai mati" adalah dosa yang sengaja, terus menerus dan tidak pernah disesali. Allah, dalam anugrah-Nya mengizinkan anak-anak-Nya berdosa tanpa segera menghukum mereka. Namun demikian, ada saatnya Allah tidak lagi mengizinkan seorang percaya terus menerus berdosa tanpa penyesalan. Ketika titik ini tercapai, Allah kadang memutuskan untuk menghukum orang Kristen itu, bahkan sampai mencabut nyawanya.
Itulah yang dilakukan-Nya dalam Kisah 5:1-10 dan 1 Korintus 11:28-32. Kemungkinan ini yang dijabarkan Paulus kepada gereja Korintus dalam 1 Korintus 5:1-5. Kita perlu berdoa bagi orang-orang Kristen yang berdosa. Namun demikian, ada waktunya ketika Allah tidak lagi mendengar doa-doa untuk orang percaya yang berdosa ketika Dia memutuskan bahwa sudah tiba waktunya untuk penghakiman. Adalah sulit untuk menyadari bahwa ada waktunya ketika sudah terlambat untuk berdoa bagi seseorang. Allah itu baik dan adil, dan kita harus membiarkan Dia untuk memutuskan kapankah terlambat itu.
Soal "dosa yang tak dapat diampuni" atau "menghujat Roh Kudus" disebutkan dalam Markus 3:22-30 dan Matius 12:22-32. Istilah "penghujatan" dapat secara umum didefinisikan sebagai "membangkang secara kurangajar." Kita menggunakan istilah ini pada dosa-dosa seperti mengutuki Allah atau dengan sengaja mencemarkan hal-hal yang berhubungan dengan-Nya. Juga menuduh Allah untuk hal-hal yang jahat, atau tidak mengakui Allah untuk hal-hal yang baik yang Dia lakukan. Menghujat yang khusus di sini adalah apa yang disebut dengan "menghujat Roh Kudus" dalam Matius 12:31. Dalam bagian ini, orang-orang Farisi, setelah menyaksikan bukti yang tak dapat disangkal bahwa Yesus melakukan mujizat dengan kuasa Roh Kudus mengklaim bahwa Dia dikuasai oleh Beelzebul (Matius 12:24). Dalam Markus 3:30 Yesus sangat jelas mengenai apa yang dilakukan untuk dikatakan sebagai "menghujat Roh Kudus."
Penghujatan ini berhubungan dengan menuduh Yesus (secara pribadi, dalam dunia) dikuasai oleh roh jahat. Ada cara-cara lain untuk menghujat Roh Kudus (seperti misalnya berdusta kepada-Nya, seperti halnya Ananias dan Safira dalam Kisah 5:1-10), namun tuduhan terhadap Yesus adalah satu-satunya penghujatan yang tak dapat diampuni. Dosa spesifik terhadap Roh Kudus ini tidak dapat diulangi pada zaman sekarang.
Satu-satunya dosa yang tak diampuni pada zaman sekarang adalah terus menerus tidak percaya. Tidak ada pengampunan terhadap seseorang yang mati dalam keadaan tidak percaya. Yohanes 3:16 memberitahu kita, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yohanes 3:16). Satu-satunya alasan di mana seseorang tidak mendapatkan pengampunan adalah kalau dia tidak termasuk "barang siapa" yang percaya kepada-Nya. Yesus berkata, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku" (Yohanes 14:6). Menolak satu-satunya jalan keselamatan adalah sama dengan menghukum diri sendiri untuk menghabiskan kekekalan di dalam neraka karena jelaslah bahwa menolak satu-satunya pengampunan adalah tak dapat diampuni.
Banyak orang takut bahwa mereka sudah melakukan dosa-dosa tertentu yang Allah tidak dapat atau tidak akan ampuni, dan mereka merasa putus asa, apapun yang mereka lakukan. Iblis senang kalau kita tetap mempertahakan konsep yang keliru ini. Sebenarnya kalau seseorang takut akan hal ini, yang dia perlu lakukan hanyalah datang kepada Allah, mengakui dosa itu, menyesalinya dan menerima janji pengampunan Allah. "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan" (1 Yohanes 1:9). Ayat ini meyakinkan kita bahwa Allah siap untuk mengampuni dosa apapun " betapapun kejinya- kalau kita datang kepada-Nya dengan penyesalan. Kalau Anda menderita karena banyaknya rasa bersalah, Allah saat ini sementara menunggu Anda dengan tangan kasih dan belas kasihan yang terbuka untuk menyambut Anda datang kepada-Nya. Dia tidak akan pernah mengecewakan atau tidak mengampuni orang yang memohon.
Alkitab secara konsisten memberitahu kita bahwa perbuatan homoseksualitas adalah dosa (Kejadian 19:1-13; Imamat 18:22; Roma 1:26-27; 1 Korintus 6:9). Roma 1:26-27 secara khusus mengajarkan bahwa homoseksualitas adalah akibat dari penyangkalan dan penolakan terhadap Allah. Ketika seseorang terus di dalam dosa dan ketidakpercayaan, Alkitab mengatakan bahwa Allah "menyerahkan mereka" kepada hawa nafsu dan menjadi lebih jahat dan berdosa untuk menunjukkan kepada mereka kesia-siaan dari hidup yang terpisah dari Allah. 1 Korintus 6:9 mengatakan bahwa "pelaku-pelaku" homoseksualitas tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
Allah tidak menciptakan seseorang dengan keinginan homoseks. Alkitab memberitahu kita bahwa seseorang menjadi homoseks karena dosa (Roma 1:24-27) dan pada akhirnya karena pilihan mereka sendiri. Seseorang mungkin dilahirkan dengan kecenderungan terhadap homoseksualitas, sama seperti orang dapat dilahirkan dengan kecenderungan kepada kekerasan dan dosa-dosa lainnya. Ini bukan merupakan dalih untuk hidup dalam dosa dengan mengikuti keinginan dosa mereka. Kalau seseorang lahir dengan kecenderungan untuk marah, apakah itu berarti ketika dia marah-marah lalu dianggap benar? Tentu tidak. Demikian pula dengan homoseksualitas.
Namun demikian Alkitab tidak menggambarkan homoseksualitas sebagai dosa yang "lebih besar" dibanding dosa-dosa lainnya. Semua dosa tidak menyenangkan Tuhan. Homoseksualitas hanyalah salah satu dari sekian banyak hal yang dicantumkan dalam 1 Korintus 6:9-10 yang menghalangi seseorang dari Kerajaan Allah. Menurut Alkitab, pengampunan Allah tersedia bagi kaum homoseks, sama seperti bagi orang yang berzinah, penyembah berhala, pembunuh, pencuri, dll. Allah juga menjanjuikan kekuatan untuk menang terhadap dosa, termasuk homoseksualitas, kepada setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus untuk keselamatan mereka (1 Korintus 6:11; 2 Korintus 5:17).
Alkitab tidak pernah secara khusus mencantumkan masturbasi atau menyatakan apakah masturbasi berdosa atau tidak. Fakta bahwa Alkitab tidak berbicara apa-apa mengenai masturbasi tidak berarti bahwa masturbasi diperbolehkan. Alkitab bahkan mengajar kita untuk menghindari percabulan (Efesus 5:3). Saya tidak bisa melihat bagaimana masturbasi dapat lolos dari ujian ini. Kadang cara yang baik untuk menguji apakah sesuatu merupakan dosa atau tidak adalah apakah Anda akan bangga dan menceritakan apa yang Anda lakukan pada orang-orang lain. Jikalau itu adalah sesuatu yang Anda akan rasa malu saat orang lain mengetahuinya, besar kemungkinan itu adalah dosa. Cara lain yang bagus untuk mengujinya adalah melihat apakah Anda bisa dengan hati nurani yang tulus minta Tuhan memberkati dan menggunakan apa yang Anda lakukan itu bagi rencanaNya yang baik. Saya rasa masturbasi tidak memenuhi syarat sebagai sesuatu yang dapat kita "banggakan" atau yang bisa kita syukuri.
Alkitab mengajarkan kita, "Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah" (1 Korintus 10:31). Jikalau ada keraguan apakah itu menyenangkan Tuhan atau tidak, lebih baik tidak melakukannya. Soal masturbasi, jelas ada keragu-raguan. "Dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa" (Roma 14:23). Saya tidak bisa melihat bagaimana menurut Alkitab masturbasi dapat dikatakan memuliakan Tuhan. Lebih dari itu, kita perlu mengingat bahwa tubuh kita, sebagaimana jiwa kita, telah ditebus dan menjadi milik Tuhan. "Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, --dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!" (1 Korintus 6:19-20). Kebenaran agung ini seharusnya mempengaruhi apa yang kita lakukan dan bagaimana kita menggunakan tubuh kita. Jadi, berdasarkan prinsip-prinsip ini, saya dengan yakin mengatakan bahwa menurut Alkitab masturbasi adalah dosa. Saya tidak percaya bahwa masturbasi menyenangkan Tuhan, menghindari percabulan, atau lulus dari ujian bahwa tubuh kita adalah milik Tuhan.