Menjawab apa yang terjadi setelah kematian dapat membingungkan. Alkitab tidak secara eksplisit berbicara mengenai kapan seseorang akan masuk ke dalam tempat tujuan terakhir dalam kekekalan. Alkitab memberitahu kita bahwa, setelah saat kematian, seseorang masuk ke Surga atau Neraka berdasarkan apakah orang tsb sudah menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamatnya atau tidak. Bagi orang-orang percaya, kematian adalah peralihan dari tubuh ini untuk tinggal bersama-sama dengan Tuhan (2 Korintus 5:6-8; Filipi 1:23). Bagi orang-orang yang tidak percaya, kematian berarti penghukuman kekal di Neraka (Lukas 16:22-23).
Mengenai apa yang terjadi sesudah ini tidaklah jelas. Wahyu 20:11-15 menggambarkan bahwa semua yang ada dalam Neraka dibuang ke dalam lautan api. Wahyu 21-22 menggambarkan langit dan bumi yang baru. Oleh sebab itu, nampaknya, sebelum kebangkitan yang terakhir, orang yang meninggal berdiam di Surga dan Neraka yang "sementara." Nasib orang tsb dalam kekekalan tidak akan berubah, namun "tempat" di mana orang tsb akan melewati nasibnya dalam kekekalan, itu yang akan berubah. Suatu saat, setelah kematian, orang-orang percaya akan berada di langit dan bumi yang baru (Wahyu 21:1). Suatu saat, setelah kematian, orang-orang yang tidak percaya akan dilemparkan ke dalam lautan api (Wahyu 20:11-15). Ini adalah tempat-tempat terakhir dalam kekekalan bagi setiap orang berdasarkan apakah orang tsb sudah percaya kepada Yesus sebagai satu-satunya Penyelamat dari dosa-dosa mereka atau tidak.
Banyak orang memiliki pengertian yang salah mengenai bagaimana sebenarnya Surga itu. Wahyu 21-22 memberi kita gambaran detil mengenail langit baru dan bumi baru. Setelah akhir zaman, langit dan bumi sekarang ini akan berlalu dan digantikan dengan langit baru dan bumi baru. Tempat kediaman yang kekal bagi orang-orang percaya adalah bumi yang baru. Bumi baru adalah "Surga" di mana kita akan melewatkan kekekalan. Di bumi baru inilah Yerusalem yang baru, kota surgawi itu terletak. Di bumi yang baru inilah gerbang mutiara dan jalan yang terbuat dari mas akan ditemui.
Surga " bumi yang baru " adalah tempat fisik di mana kita semua akan berdiam dengan tubuh fisik yang sudah dimuliakan (lihat 1 Korintus 15:35-58). Konsep bahwa Surga itu "ada di awan" tidaklah Alkitabiah. Konsep bahwa kita akan menjadi "roh-roh yang melayang-layang di Surga" tidak Alkitabiah. Surga yang orang-orang percaya akan alami adalah planet yang baru dan sempurna di mana kita akan berdiam. Bumi yang baru akan bebas dari dosa, kejahatan, penyakit, penderitaan dan kematian. Kemungkinan bumi yang baru itu akan mirip sekali dengan bumi kita sekarang, atau bahkan merupakan penciptaan kembali bumi kita sekarang " namun tanpa kutukan dosa.
Bagaimana mengnai langit baru? Penting untuk diingat bahwa dalam pemikiran kuno, "langit" menunjuk pada langit dan angkasa luar serta tempat kediaman Allah. Jadi ketika Wahyu 21:1 menunjuk pada bumi baru, kemungkinan yang dimaksud adalah seluruh alam semesta akan diciptakan kembali, bumi yang baru, langit baru, angkasa luar yang baru. Nampaknya "surga" juga akan diciptakan kembali untuk memberi alam semesta ini suatu permulaan yang baru baik secara fisik maupun secara rohani. Di dalam kekekalan dapatkah kita memiliki akses ke Surga yang baru itu? Mungkin, " namun kita perlu menunggu. Mari kita mengizinkan Firman Tuhan membentuk pengertian kita mengenai Surga.
Banyak orang menyatakan bahwa hal pertama yang mereka ingin lakukan ketika sampai di Surga adalah bertemu dengan semua teman dan orang-orang yang mereka kasihi yang telah mendahului mereka ke Surga. Saya rasa tidaklah demikian. Ya, saya percaya bahwa kita akan dapat bertemu dan mengenali dan melewatkan waktu bersama dengan teman-teman dan anggota-anggota keluarga kita di surga. Dalam kekekalan ada banyak waktu untuk itu. Namun demikian saya rasa itu tidak akan menjadi fokus utama kita saat kita berada di Surga. Saya percaya kita akan lebih tertarik untuk menyembah Tuhan dan menikmati keajaiban Surga daripada langsung berkumpul kembali dengan orang-orang yang kita kasihi.
Apa kata Alkitab mengenai kemungkinan kita bertemu dan mengenali orang-orang yang kita kasihi saat di Surga? Ketika bayi dari Daud meninggal dunia sebagai akibat dosa Daud dengan Betsyeba, setelah saat perkabungan, Daud mengatakan, "Tetapi sekarang ia sudah mati, mengapa aku harus berpuasa? Dapatkah aku mengembalikannya lagi? Aku yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan kembali kepadaku"" (2 Samuel 12:23). Daud menganggap bahwa dia akan dapat mengenali anaknya ketika di Surga sekalipun dia meninggal dunia sebagai bayi. Alkitab menyatakan bahwa ketika kita sampai di Surga kita akan menjadi "kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya" (1 Yohanes 3:2). 1 Korintus 15:42-44 menggambarkan tubuh kebangkitan kita, "Demikianlah pula halnya dengan kebangkitan orang mati. Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan. Ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan. Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. Jika ada tubuh alamiah, maka ada pula tubuh rohaniah."
Sebagaimana tubuh duniawi kita sama seperti manusa pertama Adam (1 Korintus 15:47a) demikian pula tubuh kebangkitan kita akan menjadi sama seperti tubuh kebangkitan Kristus (1 Korintus 15:47b). "Sama seperti kita telah memakai rupa dari yang alamiah, demikian pula kita akan memakai rupa dari yang sorgawi. Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati" (1 Korintus 15:49,53). Banyak orang yang mengenali Kristus setelah kebangkitanNya (Yohanes 20:16; 20; 21:12; 1 Korintus 15:4-7). Jadi jikalau Kristus dapat dikenali dalam tubuh kebangkitanNya, saya tidak melihat ada alasan mengapa tubuh kita akan berbeda. Dapat bertemu kembali dengan orang-orang yang kita kasihi adalah bagian yang mulia dari Surga " namun Surga adakah lebih mengenai Tuhan dan bukan apa yang kita inginkan. Betapa senangnya berkumpul kembali dengan orang-orang yang kita kasihi dan untuk selama-lamanya menyembah Tuhan dengan orang-orang yang kita kasihi.
Roma 14:10-12 mengatakan, "Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah. " Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah." 2 Korintus 5:10 memberitahu kita, "Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat." Dalam konteks kedua ayat ini nyata dengan jelas bahwa keduanya menunjuk pada orang-orang Kristen dan bukan orang-orang yang tidak percaya. Karena itu Tahta Penghakiman Kristus adalah saat orang-orang percaya memberi pertanggunganjawab kepada Kristus mengenai hidup mereka. Tahta Penghakiman Kristus tidak menentukan keselamatan; hal itu ditentukan oleh pengorbanan Kristus bagi kita (1 Yohanes 2:2) dan iman kita kepadaNya (Yohanes 3:16). Semua dosa kita telah diampuni dan kita tidak akan pernah dihukum karenanya (Roma 8:1). Kita tidak boleh menganggap Tahta Penghakiman Kristus sebagai Allah menghakimi dosa-dosa kita, tetapi sebagai saat dimana Allah memberi pahala kepada kita. Sebagaimana dikatakan oleh Alkitab, kita harus memberi pertanggungan jawab atas hidup kita. Salah satunya tentu adalah mempertanggungjawabkan dosa-dosa yang kita lakukan. Namun hal itu bukanlah fokus utama dari Tahta Penghakiman Kristus.
Pada Tahta Penghakiman Kristus orang-orang percaya akan diberikan pahala berdasarkan kesetiaan mereka dalam melayani Kristus (1 Korintus 9:4-27; 2 Timotius 2:5). Hal-hal yang kemungkinan kita akan dihakimi adalah seberapa taatnya kita pada Amanat Agung (Matius 28:18-20), seberapa menang kita terhadap dosa (Rom 6:1-4), seberapa berhasil kita menguasai lidah kita (Yakobus 3:1-9), dll. Alkitab berbicara mengenai orang-orang percaya menerima mahkota untuk hal-hal yang berbeda berdasarkan berapa setia mereka melayani Kristus (1 Korintus 9:4-27; 2 Timothy 2:5). Berbagai jenis mahkota disebutkan dalam 2 Timotius 2:5; 2 Timotius 4:8; Yakobus 1:12; 1 Petrus 5:4 dan Wahyu 2:10. Yakobus 1:12 adalah ringkasan yang bagus mengenai bagaimana seharusnya kita memandang Tahta Penghakiman Kristus, "Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia."
Apakah neraka riil? Studi memperlihatkan bahwa lebih 90% orang-orang dalam dunia ini percaya tentang "surga" sementara kurang dari 50% yang percaya bahwa neraka kekal. Menurut Alkitab, tanpa diragukan neraka itu riil! Penghukuman terhadap orang-orang fasik dalam neraka tidak akan pernah berakhir, sebagaimana kebahagiaan orang-orang benar di surga. Penghukuman orang-orang fasik di dalam neraka digambarkan dalam Alkitab sebagai "api yang kekal" (Matius 25:41), "api yang tak terpadamkan" (Matius 3:12), "kehinaan dan kengerian kekal" (Daniel 12:2), suatu tempat di mana "ulatnya tidak akan mati dan apinya tidak akan padam" (Markus 9:44-49), tempat "penderitaan" dan "nyala api" (Lukas 16:23-24), kebinasaan selama-lamanya" (2 Tesalonika 1:9), tempat penderitaan dengan "api dan belerang" di mana "asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya" (Wahyu 14:10-11) dan "lautan api dan belerang" di mana orang-orng jahat "tidak henti-hentinya disiksa" (Wahyu 20:10). Yesus sendiri mengindikasikan bahwa penghukuman dalam neraka adalah bersifat kekal, bukan hanya sekedar asap dan apinya yang bersifat kekal (Matius 25:46).
Orang-orang jahat akan untuk selama-lamanya menerima murka Tuhan dalam neraka. Dalam keadaan sadar mereka akan merasa malu dan mengalami kehinaan dan tuduhan dari hati nurani mereka untuk selama-lamanya. Bahkan mereka yang dalam nerakapun akan mengakui keadilan Tuhan yang sempurna (Mazmur 76:10). Mereka yang berada dalam neraka yang riil akan tahu bahwa hukuman mereka adil dan bahwa mereka sendiri yang bersalah (Ulangan 32:3-5). Ya, neraka itu kekal. Ya, neraka adalah tempat penderitaan dan penghukuman yang berlangsung untuk selama-lamanya, tanpa ada akhir! Puji Tuhan bahwa melalui Yesus kita dapat lolos dari nasib kekal semacam ini (Yohanes 3:16, 18, 36).
Ibrani 12:1 menyatakan, "Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita "" Sebagian orang menafsirkan "saksi yang bagaikan awan" sebagai orang-orang yang memandang ke bawah kepada kita dari Surga. Ini bukan penafsiran yang benar. Ibrani 11 mencatat orang-orang yang imannya dipuji oleh Allah. Orang-orang inilah yang merupakan "saksi yang bagaikan awan." Mereka adalah "saksi" bukan karena mereka sementara memperhatikan kita, tetapi karena mereka telah menjadi contoh bagi kita " mereka adalah para saksi bagi Kristus, Allah dan kebenaran. Ibrani 12:1 selanjutnya mengatakan, "marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita."
Alkitab tidak secara khusus mengatakan apakah orang-orang di Surga dapat memandang ke bawah kepada kita yang masih di bumi. Besar kemungkinan mereka tidak bisa. Mengapa? Pertama, kerap kali mereka akan melihat kita berdosa. Kedua, kadang kala mereka akan melihat hal-hal yang akan mendukakan mereka. Ketiga, orang-orang di surga sibuk dengan menyembah Tuhan dan menikmati kemuliaan surga sehingga mereka tidak akan punya minat kepada apa yang sementara terjadi di atas bumi. Karena mereka sudah bebas dari dosa, ada di surga dan ada di hadapan Tuhan, semua ini sudah cukup untuk membahagiakan mereka. Walaupun mungkin saja bagi Tuhan untuk mengijinkan orang-orang di surga memandang ke bawah kepada orng-orang yang mereka kasihi, Alkitab tidak memberi alasan untuk percaya bahwa hal ini betul-betul terjadi.
Penghakiman Tahta Putih terdapat dalam Wahyu 20:11-15 dan merupakan penghakiman terakhir sebelum orang-orang yang terhilang dilemparkan ke dalam lautan api (tempat penghukuman kekal yang biasanya disebut neraka). Dari Wahyu 20:7-15 kita mengetahui bahwa penghakiman ini akan terjadi setelah kerajaan seribu tahun dan setelah Iblis, binatang, dan si nabi palsu dilemparkan ke dalam lautan api (Wahyu 20:7-10). Kitab-kitab yang dibuka (Wahyu 20:12) mengandung catatan-catatan mengenai semua yang dilakukan orang apakah itu yang baik atau jahat, karena Tuhan mengetahui segala yang pernah dikatakan, diperbuatkan, atau dipikirkan; dan Dia akan memberi pahala atau menghukum setiap orang sesuai dengan apa yang patut bagi orang tsb (Mazmur 28:4; Mazmur 62:13; Roma 2:6; Wahyu 2:23; 18:6; 22:12).
Pada waktu ini pula sebuah kitab lain akan dibuka, yaitu "kitab kehidupan" (wahyu 20:12). Kitab inilah yang menentukan apakah seseorang mewarisi hidup kekal dengan Allah atau menerima hukuman kekal dalam lautan api. Sekalipun orang-orang Kristen harus bertanggung jawab atas perbuatan-perbuatan mereka, mereka telah menerima pengampunan di dalam Kristus dan nama mereka tertulis dalam "kitab kehidupan sejak dunia dijadikan" (Wahyu 17:8). Dari Alkitab kita juga mengetahui bahwa dalam penghakiman inilah Yesus akan menghakimi "orang-orang mati menurut perbuatan-perbuatan mereka" (Wahyu 20:12) dan "setiap orang" yang "tidak ditemukan namanya tertulis dalam kitab kehidupan" akan dilemparkan ke dalam lautan api (Wahyu 20:15).
Fakta akan adanya penghakiman terakhir bagi semua orang, baik orang percaya maupun tidak percaya, ditegaskan dalam berbagai ayat Alkitab. Setiap orang suatu hari akan berdiri di hadapan Kristus dan perbuatannya dihakimi. Sekalipun jelas bahwa Penghakiman Tahta Putih adalah pengkiman terakhir dari Kristus, orang-orang Kristen berbeda pendapat mengenai bagaimana hubungannya dengan penghakiman-penghakiman lain yang disebutkan dalam Alkitab, dan siapa khususnya yang akan dihakimi di Penghakiman Tahta Putih itu.
Banyak orang Kristen yang percaya bahwa Alkitab mengungkapkan tiga penghakiman besar yang akan terjadi. Yang pertama adalah penghakiman terhadap "domba dan kambing" atau "penghakiman bangsa-bangsa dan ini dinyatakan dalam Matius 25:31-36. Mereka percaya bahwa ini akan terjadi setelah masa penganiayaan besar namun sebelum Kerajaan Seribu Tahun dan tujuannya adalah untuk menentukan siapa yang akan masuk ke dalam Kerajaan Seribu Tahun. Penghakiman kedua adalah penghakiman terhadap pekerjaan dari orang-orang Kristen yang sering disebut sebagai "tahta (bema) penghakiman Kristus" (2 Korintus 5:10); di mana pada saat itu orang-orang Kristen akan menerima berbagai pahala untuk pekerjaan dan pelayanan mereka bagi Tuhan. Yang ketiga adalah "Penghakiman Tahta Putih" pada akhir dari Kerajaan Seribu Tahun (Wahyu 20:11-15); yang adalah penghakiman terhadap orang-orang yang tidak percaya di mana mereka akan dihakimi menurut perbuatan-perbuatan mereka dan dihukum dalam hukuman kekal dalam lautan api.
Sebagian orang Kristen lainnya percaya bahwa ketiga penghakiman yang disebutkan dalam Matius 25:31-36; 2 Korintus 5:10 dan Wahyu 20:11-15 berbicara mengenai penghakiman yang sama dan bukan tiga penghakiman yang berbeda. Dengan kata lain, mereka yang memegang pendapat ini percaya bahwa penghakiman "Tahta Putih" dalam Wahyu 20:11-15 adalah saat di mana baik orang percaya maupun tidak percaya akan dihakimi. Mereka yang namanya ditemukan dalam "Kitab Kehidupan" akan dihakimi menurut perbuatan mereka untuk menentukan pahala yang mereka akan peroleh; mereka yang namanya tidak ditemukan dalam "Kitab Kehidupan" akan dihakimi menurut perbuatan mereka untuk menentukan tingkat penghukuman yang akan mereka terima dalam lautan api. Mereka yang memegang pandangan ini percaya bahwa Matius 25:31-46 adalah uraian lain dari apa yang akan terjadi di penghakiman "Tahta Putih." Mereka menunjuk pada fakta bahwa hasil dari penghakiman ini adalah sama dengan yang apa yang terjadi setelah penghakiman "Tahta Putih" dalam Wahyu 20:11-15. "Domba" (orang-orang percaya) masuk ke dalam hidup kekal sedangkan "kambing" (orang-orang yang tidak percaya dilemparkan ke dalam "penghukuman kekal" (Matius 25:46).
Apapun pandangan yang dianut seseorang mengenai penghakiman "Tahta Putih" adalah penting untuk senantiasa menyadari tiga fakta yang sangat penting sehubungan dengan akan datangnya penghakiman. 1 " Bahwa Yesus Kristus yang akan menjadi Sang Hakim. 2 " Bahwa semua orang yang tidak percaya akan dihakimi oleh Kristus, dan mereka semua akan dihukum berdasarkan perbuatan-perbuatan mereka. Alkitab sangat jelas bahwa orang-orang yang tidak percaya "menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan" (Roma 2:5), dan bahwa Tuhan "akan membalas setiap orang menurut perbuatannya" (Roma 2:6). 3 " Bahwa orang-orang percaya juga akan dihakimi oleh Kristus, namun karena kebenaran Kristus telah diperhitungkan kepada mereka dan nama-nama mereka tertulis dalam "Kitab Kehidupan," mereka akan memperoleh pahala sesuai dengan perbuatan yang mereka lakukan. Roma 14:10-12 sangat jelas bahwa "kita semua harus menghadap tahta pengadilan Kristus" dan "setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah" (Roma 14:12).
Tanpa ragu Alkitab sangat jelas bahwa setiap orang, orang percaya maupun tidak percaya, suatu hari akan berdiri di hadapan Kristus untuk dihakimi. Kabar baik bagi orang percaya adalah bahwa penghakiman kita bukan untuk menentukan apakah kita dilemparkan ke dalam lautan api atau tidak, karena hal itu sudah diselesaikan saat kita percaya pada Injil dan menjadi "anak-anak Allah." Mereka yang telah diselamatkan mendapat keuntungan saat dosa kita diperhitungkan pada Kristus dan kebenaranNya diperhitungkan pada kita. Jadi sekalipun keselamatan kita sudah terjamin di dalam Kristus, kita tetap "akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah" (Roma 14:12) dan kita perlu berusaha melakukan segala segala sesuatu untuk kemuliaan Allah (1 Korintus 10:31).
Hal yang paling dekat yang Alkitab berbicara tentang ada perbedaan tingkat dari sorga ditemukan di dalam 2 Korintus 12:2, "Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau"entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya"orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga." Beberapa orang menafsirkan ini sebagai menunjukkan bahwa ada tiga tingkat yang berbeda dari sorga, satu tingkat untuk "orang Kristen yang super-setia" atau orang Kristen yang telah mencapai tingkat kerohanian yang tinggi, satu tingkat untuk "orang Kristen yang biasa-biasa", dan satu tingkat untuk orang Kristen yang tidak melayani Tuhan dengan setia. Pandangan ini tidak mempunyai dasar di salam Alkitab.
Paulus tidak mengatakan bahwa ada tiga sorga atau bahkan tiga tingkat dari sorga. Dalam banyak kebudayaan kuno, orang-orang menggunakan istilah "sorga" untuk melukiskan tiga "dunia" yang berbeda "langit, angkasa luar, dan kemudian sorga rohani. Walaupun istilah-istilah itu tidak cukup alkitabiah, semua ini dikenal sebagai terrestrial (yang berhubungan dengan bumi), celestial (yang berhubungan dengan angkasa), dan celestial heavens (langit surgawi). Paulus berkata bahwa Allah membawa dia ke "celestial" heavens, seperti di dunia di mana Allah berdiam. Konsep tingkat-tingkat yang berbeda dari sorga mungkin terdapat dalam sebagian dari Dante"s Divine Comedy di mana penulis melukiskan sorga dan neraka mempunyai sembilan tingkat yang berbeda. Namun demikian, The Divine Comedy, adalah karya fiksi. Gagasan tentang tingkat-tingkat sorga yang berbeda adalah asing bagi Alkitab.
Alkitab berbicara tentang pahala yang berbeda di sorga. Yesus berbicara mengenai pahala, "Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya" (Wahyu 22:12). Yesus berkata bahwa ketika Dia datang Dia akan membawa upah untuk diberikan kepada orang-orang berdasarkan apa yang mereka telah lakukan. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa ada waktu untuk pahala bagi orang-orang percaya. Dalam 2 Timotius 4:7-8, kita membaca perkataan Paulus sewaktu dia menutup pelayanannya: "Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya."
Hanya pekerjaan-pekerjaan yang bertahan terhadap api pemurnian Allah yang memiliki nilai kekal dan layak untuk pahala. Pekerjaan-pekerjaan yang bernilai itu dihubungkan seperti "emas, perak, dan batu-batu berharga" (1 Korintus 3:12) dan adalah hal-hal yang dibangun di atas dasar iman di dalam Kristus. Pekerjaan-pekerjaan yang tidak akan mendapat upah disebut "kayu, rumput kering, dan jerami;" bukan perbuatan jahat tetapi kegiatan yang tidak sungguh-sungguh tanpa nilai kekal. Pahala akan dibagikan pada "kursi pengadilan Kristus," suatu tempat di mana kehidupan orang-orang percaya akan dievaluasi untuk maksud dari pahala. "Pengadilan" orang-orang percaya tidak pernah menunjuk kepada penghukuman dosa. Yesus Kristus dihukum untuk dosa kita ketika Dia mati di salib, dan Allah berkata tentang kita: "Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka" (Ibrani 8:12). Betapa mulianya! Orang Kristen tidak perlu takut kepada penghukuman, tetapi dapat mengharapkan untuk upah mahkota yang dapat dia bawa ke kaki Juruselamat. Sebagai kesimpulan, tidak ada tingkat-tingkat sorga yang berbeda, tetapi ada perbedaan tingkat pahala di sorga.
Gagasan tentang adanya tingkat-tingkat hukuman yang berbeda di neraka mula-mula berasal dari the Divine Comedy yang ditulis oleh Dante Alighieri antara 1308 dan 1321. Di dalamnya, penyair Roma Virgil memandu Dante melalui kesembilan lingkaran neraka. Lingkaran-lingkaran itu mempunyai satu titik pusat, menghadirkan suatu peningkatan kejahatan secara berangsur-angsur , dan memuncak pada pusat dari bumi, di mana Setan ditahan dalam perbudakan. Masing-masing orang berdosa dalam lingkaran itu dihukum dengan cara sesuai kejahatan mereka. Setiap orang berdosa dihukum dalam kekekalan oleh dosa paling utama yang dia lakukan. Menurut Dante, lingkaran-lingkaran itu mulai dari lingkaran pertama, di mana berdiam penyembah berhala yang tidak dibaptis dan yang saleh, sampai ke neraka yang paling tengah disediakan untuk yang melakukan kejahatan yang dasar"pengkhianatan terhadap Allah.
Walaupun tidak secara khusus dikatakan demikian, Alkitab kelihatannya mengindikasikan bahwa ada tingkat-tingkat hukuman yang berbeda di neraka. Dalam Wahyu 20:11-15, orang-orang dihakimi "menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu" (Wakyu 20:12). Semua orang dalam penghakiman ini akan dilemparkan ke dalam lautan api (Wahyu 20:13-15). Sehingga, barangkali, maksud dari penghakiman adalah untuk menetapkan berapa dahsyatnya hukuman dalam neraka. Apapun kasusnya, dilemparkan ke dalam suatu lautan api yang agak sedikit kurang panas bukan penghiburan bagi mereka yang masih dihukum mati untuk selama-lamanya. Apapun tingkat hukuman yang ada di neraka, jelas bahwa neraka adalah tempat yang patut dihindari.
Sayangnya, Alkitab menyatakan bahwa kebanyakan manusia akan berakhir di neraka. ""Karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya." (Matius 7:13-14). Pertanyaan yang harus ditanyakan adalah "di jalan yang manakah saya berada?" "Yang banyak" di jalan yang luas memiliki satu hal yang sama"mereka semua tealh menolak Kristus sebagai satu-satunya jalan ke sorga. Yesus berkata, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku" (Yohanes 14:6). Ketika Dia berkata Dia adalah jalan satu-satunya, itu adalah sungguh-sungguh apa yang Dia maksudkan. Setiap orang yang mengikuti "jalan" yang lain selain Yesus Kristus ada di jalan yang luas yang menuju kebinasaan, dan apakah ada tingkat-tingkat hukuman yang berbeda di neraka, penderitaan adalah mengerikan, menakutkan, kekal, dan dapat dihindari.
Sorga adalah tempat yang nyata yang digambarkan dalam Alkitab. Kata "sorga" ditemukan 276 kali di dalam Perjanjian Baru sendiri. Alkitab menunjuk kepada tiga sorga. Rasul Paulus "diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga," tetapi dia dilarang untuk menyingkapkan apa yang dia alami di sana (2 Korintus 12:1-9).
Kalau ada sorga ketiga, maka pasti ada dua sorga yang lain. Yang pertama adalah yang paling sering disebut dalam Perjanjian Lama sebagai "langit" atau "cakrawala." Ini adalah sorga yang terdiri dari awan-awan, tempat di mana burung-burung terbang. Sorga yang kedua adalah angkasa luar, yang adalah tempat bintang-bintang, planet-planet, dan benda-benda angkasa lainnya (Kejadian 1:14-18).
Sorga ketiga, tempat yang tidak disingkapkan, adalah tempat kediaman Allah. Yesus berjanji untuk menyediakan tempat bagi orang Kristen yang sejati di sorga (Yohanes 14:2). Sorga juga adalah tujuan orang-orang kudus dalam Perjanjian Lama yang mati dan percaya akan janji Allah tentang Penebus (Efesus 4:8). Siapa saja yang percaya kepada Kristus tidak akan binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16).
Rasul Yohanes mendapat kehormatan untuk melihat dan melaporkan mengenai kota sorgawi (Wahyu 21:10-27). Yohanes menyaksikan bahwa sorga (bumi yang baru) penuh dengan "kemuliaan Allah" (Wahyu 21:11), kehadiran Allah. Karena sorga tidak ada malam dan Tuhan sendiri adalah terang, matahari dan bulan tidak lagi diperlukan (Wahyu 22:5).
Kota itu dipenuhi dengan kilauan batu yang berharga dan permata kristal yaspis. Sorga memiliki dua belas pintu gerbang (Wahyu 21:12) dan dua belas batu dasar (Wahyu 21:14). Firdaus Taman Eden akan dipulihkan: sungai air kehidupan mengalir keluar dengan bebas dan pohon kehidupan kembali tersedia, menghasilkan buah tiap bulan sekali dengan daun-daun yang "menyembuhkan bangsa-bangsa" (Wahyu 22:1-2). Bagaimanapun indahnya Yohanes dalam penggambarannya tentang sorga, realita sorga adalah melampaui kemampuan manusia yang terbatas untuk melukiskannya (1 Korintus 2:9).
Sorga adalah tempat "tidak lagi." Tidak akan ada lagi air mata, tidak ada lagi kesakitan, dan tidak ada lagi penderitaan (Wahyu 21:4). Tidak akan ada lagi pemisahan, karena kematian akan ditaklukkan (Wahyu 20:6). Hal yang terbaik mengenai sorga adalah kehadiran Tuhan dan Juruselamat kita (1Yohanes 3:2). Kita akan berhadapan muka dengan muka dengan Domba Allah yang mengasihi kita dan telah mengorbankan Diri-Nya sendiri supaya kita dapat menikmati kehadiran-Nya dalam sorga untuk selama-lamanya.
Sorga itu benar-benar sebuah tempat yang nyata. Alkitab memberitahukan kita bahwa sorga adalah takhta Allah (Yesaya 66:1; Kisah 7:48-49; Matius 5:34-35). Sesudah kebangkitan dan penampakan Yesus di bumi kepada murid-murid-Nya, "terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah" (Markus 16:19; Kisah 7:55-56). "Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam sorga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita" (Ibrani 9:24).
Yesus bukan saja telah masuk sebelum kita, bagi kita, tetapi Ia hidup dan mempunyai pelayanan di sorga, sebagai imam besar kita di dalam kemah sejati yang didirikan oleh Allah (Ibrani 6:19-20; 8:1-2).
Kita juga diberitahu oleh Yesus sendiri bahwa ada banyak tempat dalam rumah Allah dan Dia telah pergi sebelum kita untuk menyediakan tempat bagi kita. Kita mempunyai jaminan atas perkataan-Nya bahwa suatu hari Dia akan datang kembali ke bumi dan membawa kita ke tempat di mana Dia berada di sorga (Yohanes 14:1-4). Kepercayaan kita kepada rumah kekal di sorga didasarkan atas janji Yesus yang tegas. Sorga adalah tempat yang paling nyata. Sorga benar-benar ada.
Ketika orang menyangkal keberadaan sorga, mereka bukan saja menyangkal Firman Allah yang tertulis, tetapi juga menyangkal kerinduan dari hati mereka sendiri yang terdalam. Paulus membicarakan topik ini di dalam suratnya kepada orang-orang Korintus, mendorong mereka untuk berpegang teguh kepada pengharapan akan sorga supaya mereka tidak menjadi tawar hati. Walaupun kita "mengerang dan mengeluh" dalam situasi keduniawian kita, kita memiliki pengharapan tentang sorga selalu di hadapan kita dan kita rindu untuk ke sana (2 Korintus 5:1-4). Paulus mendesak orang-orang Korintus untuk merindukan rumah kekal mereka di sorga, suatu pengharapan yang akan memampukan mereka untuk menanggung kesulitan dan kekecewaan di dalam hidup ini. "Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal" (2 Korintus 4:17-18).
Sebagaimana Allah telah menaruh dalam hati manusia pengetahuan akan keberadaan Dia (Roma 1:19-20), demikian pula kita diprogram untuk menginginkan sorga. Ini adalah tema dari buku-buku, lagu-lagu, karya-karya seni yang tak terhitung banyaknya. Sayangnya, dosa kita telah menghalangi jalan ke sorga. Karena sorga adalah tempat tinggal Allah yang suci dan sempurna, dosa tidak ada tempat di sana, juga tidak dapat ditoleransi. Untungnya, Allah menyediakan bagi kita kunci untuk membuka pintu-pintu sorga"Yesus Kristus (Yohanes 14:6). Semua orang yang percaya kepada-Nya dan mencari pengampunan dosa akan mendapatkan pintu-pintu sorga terbuka lebar-lebar bagi mereka. Kiranya kemuliaan dari rumah kekal kita di masa depan memotivasi kita semua untuk melayani Allah dengan setia dan segenap hati. "oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri, dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah. Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni" (Ibrani 10:19-22).
Ini adalah masalah yang mengganggu banyak orang yang mempunyai pengertian yang tidak lengkap dalam tiga hal: natur Allah, natur manusia, natur dosa. Sebagai manusia yang jatuh, dan berdosa, natur Allah adalah suatu konsep yang sulit untuk dimengerti. Kita cenderung melihat Allah sebagai Allah yang baik, dan pemurah, yang memiliki kasih kepada kita melebihi dan melampaui semua atribut-Nya yang lain. Tentu Allah itu pengasih, baik, dan pemurah, tetapi yang terutama Dia adalah Allah yang suci dan adil. Dia begitu suci sehingga tidak dapat bertoleransi dengan dosa. Dia adalah Allah yang murka-Nya membakar orang-orang fasik dan yang tidak taat (Yesaya 5:25; Hosea 8:5; Zakharia 10:3). Dia bukan saja adalah Allah yang pengasih"Dia sendiri adalah kasih! Tetapi Alkitab juga memberitahu kita bahwa Dia membenci semua bentuk dosa (Amsal 6:16-19). Dan walaupun Dia adalah pemurah, kemurahan Allah ada batasnya. "Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat! Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya" (Yesaya 55:6-7).
Umat manusia telah dirusak oleh dosa, dan dosa selalu secara langsung melawan Allah. Ketika Daud berdosa dengan melakukan perzinahan dengan Batsyeba dan membunuh Uria, dia memberi respon dengan doa yang menarik: "Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, ..." (Mazmur 51:6). Karena Daud telah berdosa melawan Batsyeba dan Uria, bagaimana mungkin dia mengaku telah berdosa hanya kepada Allah? Daud mengerti bahwa semua dosa pada dasarnya adalah melawan Allah. Allah adalah Allah yang kekal dan tidak terbatas (Mazmur 90:2). Sebagai akibatnya, semua dosa patut menerima hukuman yang kekal. Karakter Allah yang suci, sempurna, dan tak terbatas telah dilanggar oleh dosa kita. Walaupun dalam pikiran kita yang terbatas, dosa kita terbatas dalam waktu tertentu, tetapi bagi Allah"yang adalah di luar waktu"dosa yang Dia benci itu berlangsung terus-menerus. Di hadapan-Nya dosa kita itu kekal dan harus dihukum secara kekal untuk memuaskan keadilan-Nya yang suci.
Tidak ada seorangpun yang lebih mengerti ini daripada orang yang ada di neraka. Satu contoh yang cocok adalah cerita tentang orang kaya dan Lazarus. Keduanya mati, dan orang kaya masuk ke neraka sementara Lazarus masuk ke sorga (Lukas 16). Tentu, orang kaya itu menyadari bahwa dosa-dosanya hanya dilakukan selama hidupnya. Tetapi, menarik sekali, ia tidak pernah berkata, "Bagaimana saya berakhir di sini?" Pertanyaan itu tidak pernah ditanyakan di neraka. Ia tidak berkata, "Apakah saya benar-benar layak menerima ini? Tidakkah ini sedikit ekstrim? Agak sedikit berlebihan?" Ia hanya meminta supaya seseorang pergi kepada saudara-saudaranya yang masih hidup dan memperingati mereka akan nasib mereka.
Seperti orang kaya itu, setiap orang berdosa yang di neraka memiliki kesadaran penuh bahwa mereka layak berada di sana. Setiap orang berdosa memiliki hati nurani yang mengerti dengan jelas, menyadari dengan penuh, dan peka, bahwa di dalam neraka, semua itu menyiksa dia.
Ini adalah pengalaman penyiksaan di neraka"seorang menyadari sepenuhnya akan dosanya dengan kesadaran yang menuduh dengan tidak berbelas kasihan, tanpa keringanan walaupun hanya sekejap saja. Perasaan bersalah karena dosa akan menghasilkan aib dan kebencian diri sendiri yang tiada henti-hentinya. Orang kaya itu tahu bahwa hukuman yang kekal untuk dosa selama hidupnya adalah adil dan pantas. Itulah sebabnya ia tidak pernah memprotes atau mempertanyakan keberadaannya di neraka.
Realita kutukan yang kekal, neraka yang kekal, dan hukuman yang kekal adalah menakutkan dan mengganggu. Tetapi ada baiknya kita takut. Sementara ini kelihatannya suram, ada kabar baik. Allah mengasihi kita (Yohanes 3:16) dan menginginkan kita diselamatkan dari neraka (2 Petrus 3:9). Tetapi karena Allah adalah juga adil dan benar, Dia tidak dapat membiarkan dosa kita tanpa dihukum. Seseorang harus membayar untuk itu. Di dalam kemurahan dan kasih-Nya yang besar, Allah menyediakan penebusan-Nya sendiri untuk dosa kita. Dia mengutus Anak-Nya Yesus Kristus untuk membayar hukuman dari dosa-dosa kita dengan mati di kayu salib bagi kita. Kematian Yesus adalah kematian tak terbatas karena Dia adalah Allah yang tak terbatas, membayar hutang dosa yang tidak terbatas, sehingga kita tidak perlu membayarnya di neraka untuk selama-lamanya (2 Korintus 5:21). Jika kita mengaku dosa kita dan menaruh iman kita di dalam Kristus, meminta pengampunan Allah berdasarkan pengorbanan Kristus, kita diselamatkan, diampuni, dibersihkan, dan dijanjikan suatu rumah yang kekal di sorga. Allah begitu mengasihi kita sehingga Dia menyediakan alat untuk keselamatan kita, tetapi jika kita menolak hadiah hidup kekal dari-Nya, kita akan menghadapi konsekuensi yang kekal dari keputusan itu.
"Jiwa tertidur" adalah kepercayaan bahwa setelah seseorang meninggal dunia, jiwanya "tertidur" sampai saat kebangkitan dan penghakiman terakhir. Konsep "jiwa tertidur" tidaklah Alkitabiah. Ketika Alkitab menggambarkan seseorang "tidur" dalam kaitannya dengan kematian (Lukas 8:52; 1 Korintus 15:6), itu bukan berarti tidur secara harafiah. Tidur hanyalah cara untuk menggambarkan kematian karena mayat kelihatannya seperti tertidur. Saat kita meninggal, kita menghadapi penghakiman Allah (Ibrani 9:27). Untuk orang-orang percaya, meninggalkan tubuh ini berarti berada bersama dengan Tuhan (2 Korintus 5:6-8; Filipi 1:23). Bagi orang-orang tidak percaya, kematian berarti penghukuman kekal dalam neraka (Lukas 16:22-23).
Namun sampai tiba saat kebangkitan yang terakhir, masih ada surga yang sementara " firdaus (Lukas 23:43; 2 Korintus 12:4) dan neraka sementara " Hades (Wahyu 1:18; 20:13-14). Sebagaimana dapat dilihat dengan jelas dalam Lukas 16:19-31, baik di firdaus maupun Hades orang tidak tidur. Namun dapat dikatakan bahwa tubuh orang sementara "tidur" saat jiwanya berada di firdaus atau Hades. Pada saat kebangkitan, tubuh ini akan "dibangunkan" dan diubah menjadi tubuh kekal yang akan dimiliki selama-lamanya, baik di surga maupun di neraka. Mereka yang berada di firdaus akan dibawa ke langit baru dan bumi baru (Wahyu 21:1). Mereka yang berada di Hades akan dilemparkan ke dalam lautan api (Wahyu 20:11-15). Dua tempat ini adalah tempat-tempat yang terakhir dan kekal untuk semua orang " semuanya berdasar pada apakah orang itu percaya atau tidak kepada Yesus Kristus untuk keselamatan.