Alkitab tidak pernah secara khusus berbicara mengenai soal aborsi. Namun demikian, ada banyak ajaran Alkitab yang membuat jelas apa pandangan Allah mengenai aborsi. Yeremia 1:5 memberitahu kita bahwa Allah mengenal kita sebelum Dia membentuk kita dalam kandungan. Mazmur 139:13-16 berbicara mengenai peran aktif Allah dalam menciptakan dan membentuk kita dalam rahim. Keluaran 21:22-25 memberikan hukuman yang sama kepada orang yang mengakibatkan kematian seorang bayi yang masih dalam kandungan dengan orang yang membunuh. Hal ini dengan jelas mengindikasikan bahwa Allah memandang bayi dalam kandungan sebagai manusia sama seperti orang dewasa. Bagi orang Kristen aborsi bukan hanya sekedar soal hak perempuan untuk memilih. Aborsi juga berkenaan dengan hidup matinya manusia yang diciptakan dalam rupa Allah (Kejadian 1:26-27; 9:6).
Argumen pertama yang selalu diangkat untuk menentang posisi orang Kristen dalam hal aborsi adalah, "Bagaimana dengan kasus pemerkosaan dan/atau hubungan seks antar saudara. Betapapun mengerikannya hamil sebagai akibat pemerkosaan atau hubungan seks antar saudara, apakah membunuh sang bayi adalah jawabannya? Dua kesalahan tidak menghasilkan kebenaran. Anak yang lahir sebagai hasil pemerkosaan atau hubungan seks antar saudara dapat saja diberikan untik diadopsi oleh keluarga yang tidak mampu memperoleh anak " atau anak tsb dapat dibesarkan oleh ibunya. Sekali lagi sang bayi tidak seharusnya dihukum karena perbuatan jahat ayahnya.
Argumen kedua yang biasanya diangkat untuk menentang posisi orang Kristen dalam hal aborsi adalah, "Bagaimana jikalau hidup sang ibu terancam?" Secara jujur ini adalah pertanyaan paling sulit untuk dijawab dalam soal aborsi. Pertama-tama perlu diingat bahwa situasi semacam ini hanya kurang dari 1/10 dari 1 persen dari seluruh aborsi yang dilakukan di dunia saat ini. Jauh lebih banyak perempuan yang melakukan aborsi karena merka tidak mau "merusak tubuh mereka" daripada perempuan yang melakukan aborsi untuk menyelamatkan jiwa mereka. Kedua, mari kita mengingat bahwa Allah kita adalah Allah dari mujizat. Dia dapat menjaga hidup dari ibu dan anak sekalipun secara medis hal itu tidak mungkin. Akhirnya, keputusan ini hanya dapat diambil antara suami, isteri dan Allah. Setiap pasangan yang menghadapi situasi yang sangat sulit ini harus berdoa minta hikmat dari Tuhan (Yakobus 1:5) untuk apa yang Tuhan mau mereka buat.
Pada 99% dari aborsi yang dilakukan sekarang ini alasannya adalah "pengaturan kelahiran secara retroaktif." Perempuan dan/atau pasangannya memutuskan bahwa mereka tidak menginginkan bayi yang dikandung. Maka mereka memutuskan untuk mengakhiri hidup dari bayi itu daripada harus bertanggung jawab. Ini adalah kejahatan yang terbesar. Bahkan dalam kasus 1% yang sulit itu, aborsi tidak sepantasnya dijadikan opsi pertama. Hidup dari manusia dalam kandungan tu layak untuk mendapatkan segala usaha untuk memastikan kelahirannya.
Bagi mereka yang telah melakukan aborsi, dosa aborsi tidaklah lebih sulit diampuni dibanding dengan dosa-dosa lainnya. Melalui iman dalam Kristus, semua dosa apapun dapat diampuni (Yohanes 3:16; Roma 8:1; Kolose 1:14). Perempuan yang telah melakukan aborsi, atau lai-laki yang mendorong aborsi, atau bahkan dokter yang melakukan aborsi, semuanya dapat diampuni melalui iman di dalam Yesus Kristus.
Depresi adalah kondisi yang umum, yang mempengaruhi jutaan orang, Kristen dan non-Kristen. Orang-orang yang menderita depresi dapat mengalami perasaan sedih, marah, putus asa, kelelahan yang sangat dalam, dan juga berbagai gejala lainnya. Mereka mungkin merasa tidak berguna dan ingin bunuh diri, kehilangan minat dalam berbagai hal dan orang-orang yang sebelumnya mereka nikmati. Depresi sering dipicu oleh kejadian-kejadian seperti kehilangan pekerjaan, kematian orang yang dikasihi, atau perceraian, atau masalah psikologis seperti perlakuan kasar atau rendahnya harga diri.
Alkitab mengajar kita untuk penuh dengan sukacita dan pujian (Filipi 4:4; Roma 15:11), sehingga nampaknya Allah ingin kita hidup dalam kegembiraan. Ini bukanlah hal yang gampang untuk seseorang yang menderita depresi karena situasi; namun dapat diobati melalui doa, mempelajari dan menerapkan Alkitab, dukungan dari orang-orang yang senasib, persekutuan dengan orang-orang percaya lainnya, mengakui dosa, pengampunan dan konseling. Kita harus secara sadar menjaga jangan hanya terpaku pada diri sendiri, namun harus melihat keluar. Perasaan depresi sering bisa sirna ketika orang mengalihkan fokus dari dirinya sendiri dan memusatkan perhatian pada Kristus dan orang lain.
Depresi klinis adalah kondisi fisik yang harus didiagnosa oleh dokter. Hal ini tidak disebabkan oleh pengalaman hidup yang tidak baik, dan gejala-gejalanya tidak dapat diringankan oleh usaha sendiri. Bertentangan dengan apa yang dipercaya oleh beberapa orang Kristen, depresi klinis tidak selalu disebabkan oleh dosa. Depresi kadang merupakan penyakit yang perlu diobati dengan obat dan/atau konseling. Tentulah Allah dapat menyembuhkan penyakit apapun. Namun dalam kasus-kasus tertentu, pergi ke dokter untuk depresi tidak ada bedanya dengan pergi ke dokter karena luka.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh penderita depresi untuk meringankan kekuatiran mereka. Mereka perlu memastikan bahwa mereka tinggal di dalam Firman Tuhan, sekalipun mereka lagi tidak menginginkannya. Emosi dapat menyesatkan kita, namun Firman Tuhan tetap teguh dan tidak berubah. Kita perlu mempertahankan iman yang teguh di dalam Tuhan, dan bahkan berpegang lebih teguh kepadaNya ketika kita menghadapi cobaan dan kesulitan. Alkitab memberitahukan kita bahwa Allah tidak pernah mengijinkan pencobaan dalam hidup kita yang terlalu berat untuk kita tanggung (1 Korintus 10:13). Sekalipun menderita depresi bukanlah dosa, kita masih harus bertanggung jawab untuk bagaimana kita berespon terhadap kesulitan kita, termasuk mencari pertolongan yang dibutuhkan. "Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya" (Ibrani 13:15).
Hukum Perjanjian Lama memerintahkan hukuman mati untuk berbagai perbuatan: pembunuhan (Keluaran 21:12), penculikan (Keluaran 21:16), hubungan seks dengan binatang (Keluaran 22:19), perzinahan (Imamat 20:10), homoseksualitas (Imamat 20:13), menjadi nabi palsu (Ulangan 13:5, pelacuran dan pemerkosaan (Ulangan 22:4) dan berbagai kejahatan lainnya. Namun demikian, Allah seringkali menyatakan kemurahan ketika harus menjatuhkan hukuman mati. Daud melakukan perzinahan dan pembunuhan, namun Allah tidak menuntut untuk nyawanya diambil (2 Samuel 11:1-5; 14-17; 2 Samuel 12:13). Pada akhirnya semua dosa yang kita perbuat sepantasnyalah diganjar dengan hukuman mati (Roma 6:23). Syukur kepada Tuhan, Tuhan menyatakan kasihNya kepada kita dengan tidak menghukum kita (Roma 5:8).
Ketika orang-orang Farisi membawa kepada Yesus seorang wanita yang tertangkap basah sementara berzinah dan bertanya kepadaNya apakah wanita itu perlu dirajam, Yesus menjawab "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu" (Yohanes 8:7). Ini tidak boleh diartikan bahwa Yesus menolak hukuman mati dalam segala hal. Yesus hanya mengungkapkan kemunafikan orang-orang Farisi. Orang-orang Farisi ingin menjebak Yesus untuk melanggar Hukum Perjanjian Lama " mereka sama sekali tidak peduli dengan wanita yang akan dirajam itu (di mana laki-laki yang tertangkap basah dalam perzinahan?). Allah adalah yang menetapkan hukuman mati: "Siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri" (Kejadian 9:6). Yesus akan mendukung hukuman mati dalam kasus-kasus lain. Yesus juga menunjukkan anugrah ketika hukuman mati seharusnya dijatuhkan (Yohanes 8:1-11). Rasul Paulus jelas mengakui kuasa dari pemerintah untuk menjatuhkan hukuman mati ketika dibutuhkan (Roma 13:1-5).
Jadi pada dasarnya kita kembali ke tempat di mana kita mulai.Ya, Allah mengijinkan hukuman mati. Namun pada saat yang sama Allah tidak selalu menuntut hukuman mati. Kalau begitu bagaimana seharusnya pandangan orang Kristen terhadap hukuman mati? Pertama, kita mesti mengingat bahwa Allah telah menetapkan hukuman mati dalam firmanNya, dan karena itu adalah sombong bagi kita untuk menganggap bahwa kita dapat menetapkan standar yang lebih tinggi dari Dia atau dapat lebih murah hati dari Allah. Allah memiliki standar yang paling tinggi dari semua makhluk karena Dia adalah sempurna adanya. Standar ini berlaku bukan hanya untuk kita namun juga untuk diriNya. Karena itu Dia mengasihi secara tak terbatas, dan Dia memiliki belas kasihan yang tak terbatas. Kita juga melihat bahwa murkaNya tanpa batas, dan semua ini terjaga dengan seimbang.
Kedua, kita harus mengenali bahwa Allah telah memberi pemerintah otortias untuk menentukan kapan hukuman mati pantas dijatuhkan (Kejadian 9:6, Roma 13:1-7). Adalah tidak Alkitabiah mengklaim bahwa Allah menentang hukuman mati dalam segala hal. Orang Kristen tidak boleh bergembira ketika hukuman mati dilaksanakan, namun pada saat yang sama orang Kristen juga tidak sepantasnya melawan hak pemerintah untuk mengeksekusi pelaku-pelaku kejahatan yang paling keras.
Menurut Alkitab, bunuh diri tidak menentukan apakah seseorang masuk surga atau tidak. Jika orang yang belum selamat bunuh diri, apa yang dia lakukan hanya "mempercepat" dia masuk ke lautan api. Pada akhirnya orang yang bunuh diri itu akan masuk neraka karena menolak keselamatan dalam Kristus, bukan karena bunuh dirinya. Alkitab secara khusus mencatat empat orang yang bunuh diri: Saul (1 Samuel 31:4); Ahitofel (2 Samuel 17:23); Zimri (1 Raja-Raja 16:18) dan Yudas (Matius 27:5). Setiap mereka adalah orang yang jahat dan berdosa. Alkitab memandang bunuh diri sama dengan pembunuhan, yaitu membunuh diri sendiri. Allah adalah yang menentukan kapan dan bagaimana seseorang harus mati. Mengambil hak itu dari tangan Tuhan, menurut Alkitab, adalah penghujatan terhadap Tuhan.
Apa kata Alkitab mengenai orang Kristen yang bunuh diri? Saya tidak percaya bahwa orang Kristen yang bunuh diri akan kehilangan keselamatannya dan masuk neraka. Alkitab mengajarkan bahwa mulai dari saat seseorang percaya kepada Kristus, keselamatannya terjamin (Yohanes 3:16). Menurut Alkitab, orang Kristen dapat mengetahui dengan pasti bahwa mereka tetap memiliki hidup yang kekal, apapun yang terjadi. "Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal" (1 Yohanes 5:13). Tidak ada yang dapat memisahkan seorang Kristen dari kasih Allah! "Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita" (Roma 8:38-39). Jikalau tidak ada "sesuatu makhluk" yang dapat memisahkan seorang Kristen dari kasih Allah, dan orang Kristen yang bunuh diri adalah "sesuatu makhluk," maka bunuh diripun tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah. Yesus sudah mati untuk semua dosa-dosa kita " dan jika seorang yang benar-benar Kristen, dalam saat kelemahan dan serangan rohani, sampai bunuh diri, itupun adalah dosa yang untuknya Yesus telah mati.
Ini tidak berarti bahwa bunuh diri bukanlah sebuah dosa yang serius. Menurut Alkitab, bunuh diri adalah pembunuhan dan itu selalu salah. Saya memiliki keraguan yang serius terhadap kesejatian iman dari seseorang yang mengaku Kristen tapi bunuh diri. Tidak ada keadaan apapun yang memperbolehkan seseorang, khususnya orang Kristen, untuk menghabiskan nyawanya sendiri. Orang-orang Kristen dipanggil untuk hidup bagi Tuhan, keputusan mengenai kapan dan bagaimana seseorang mati ada dan hanya dalam tangan Tuhan. Mungkin cara yang baik untuk menggambarkan bunuh diri bagi orang Kristen adalah dengan mengambil dari Kitab Ester. Di Persia, mereka memiliki hukum bahwa barangsiapa yang datang menghadap raja tanpa diundang akan dihukum mati, kecuali kalau raja mengulurkan tongkatnya kepada orang tsb untuk menunjukkan kemurahan. Bunuh diri bagi orang Kristen adalah seperti memaksakan diri untuk menghadap raja dan bukan menunggu dipanggil. Dia akan mengulurkan tongkatnya kepada engkau, namun tidak berarti dia merasa senang dengan Anda. Walaupun bukan menggambarkan bunuh diri, ayat Alkitab dalam 1 Korintus 3:15 barangkali dapat memberikan gambaran yang bagus mengenai apa yang terjadi pada seorang Kristen yang bunuh diri: "Ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api" (1 Korintus 3:15).
Perpuluhan adalah isu yang digumuli oleh banyak orang Kristen. Di banyak gereja, perpuluhan terlalu ditekankan. Pada saat yang sama, banyak orang Kristen yang menolak untuk menaati pengajaran Alkitab sehubungan dengan memberi persembahan kepada Tuhan. Perpuluhan/persembahan seharusnya merupakan hal yang menggembirakan. Sayang sekali, hal itu jarang terjadi dalam gereja pada zaman sekarang.
Perpuluhan adalah konsep Perjanjian Lama. Perpuluhan adalah peraturan Hukum Taurat di mana setiap orang Israel memberi 10% dari segala yang mereka peroleh untuk Tabernakel/Bait Suci (Imamat 27:30; Bilangan 18:26; Ulangan 14:24; 2 Tawarikh 31:5). Sebagian orang menganggap perpuluhan dalam Perjanjian Lama sebagai pajak untuk mencukupi kebutuhan dari para imam dan orang-orang Lewi dalam sistim korban. Dalam Perjanjian Baru tidak ada perintah atau rekomendasi untuk orang-orang Kristen tunduk kepada sistim perpuluhan yang legalistik. Paulus menyatakan bahwa orang-orang percaya sepatutnya menyisihkan sebagian dari penghasilan mereka untuk mendukung gereja (1 Korintus 16:1-2).
Perjanjian Baru tidak menentukan persentase penghasilan yang harus disisihkan tapi hanya mengatakan, "sesuai dengan apa yang kamu peroleh" (1 Korintus 16:2). Gereja Kristen mengambil angka 10% dari Perjanjian Lama dan menerapkannya pada "rekomendasi minimum" untuk orang Kristen dalam memberi persembahan. Namun demikian orang Kristen tidak perlu merasa wajib untuk selalu memberi perpuluhan. Orang Kristen sepatutnya memberi sesuai dengan apa yang mereka mampu, "sesuai dengan apa yang kamu peroleh." Kadang-kadang ini berarti memberi lebih dari perpuluhan, kadang-kadang kurang dari perpuluhan. Setiap orang Kristen perlu berdoa dengan sungguh-sungguh dan meminta hikmat dari Tuhan mengenai memberi atau tidak memberi perpuluhan dan/atau berapa banyak yang dia berikan (Yakobus 1:5). Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita (2 Korintus 9:7).
Hal yang pertama yang perlu dipahami dalam diskusi ini adalah bahwa hanya ada satu ras: ras manusia. Orang Kaukasia, Afrika, Asia, Indian, Arab, Yahudi, semuanya bukanlah ras-ras yang berbeda. Semua ini adalah etnik-etnik yang berbeda dalam ras manusia. Semua umat manusia memiliki ciri-ciri fisik yang sama (tentunya dengan variasi-variasi kecil). Yang lebih penting lagi, semua manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kejadian 1:26-27). Allah mengasihi dunia ini (Yohanes 3:16). Yesus meletakkan nyawanya bagi setiap orang di seluruh dunia (1 Yohanes 2:2). "Seluruh dunia" jelas berarti semua etnik.
Allah tidak pilih kasih atau pandang bulu (Ulangan 10:17; Kisah Rasul 10:34; Roma 2:11; Efesus 6:9), kitapun tidak boleh demikian. Yakobus 2:4 menggambarkan orang yang melakukan diskriminasi sebagai "hakim dengan pikiran yang jahat." Sebaliknya, kita harus "mengasihi sesama kita seperti diri sendiri" (Yakobus 2:8). Dalam Perjanjian Lama, Tuhan membagi umat manusia dalam dua kelompok "ras": orang Yahudi dan orang Kafir. Maksud Tuhan adalah orang-orang Yahudi menjadi imamat rajani yang melayani kepada bangsa-bangsa kafir. Sebaliknya, yang sering, orang-orang Yahudi bangga dengan status mereka dan menghina orang-orang kafir. Yesus Kristus mengakhiri hal ini dengan merobohkan tembok pemisah, yaitu perseteruan (Efesus 2:14). Segala bentuk rasisme, prasangka, dan diskriminasi adalah bertentangan dengan karya Kristus di atas salib.
Yesus memerintahkan kita untuk mengasihi satu dengan yang lain sebagaimana Dia mengasihi kita (Yohanes 13:34). Kalau Allah tidak memandang bulu dan mengasihi kita tanpa pandang bulu, artinya kita perlu mengasihi orang-orang lain dengan juga dengan standar tinggi seperti itu. Pada akhir dari Matius 25 Yesus mengajarkan bahwa apa yang diperbuat terhadap yang terkecil dari saudara-saudaranya, kita melakukan itu untuk Dia. Jikalau kita menghina dan meremehkan seseorang, kita memperlakukan seorang yang diciptakan dalam gambar Allah dengan cara yang tidak benar; kita melukai seseorang yang dikasihi Tuhan dan yang baginya Yesus mati.
Rasisme, dalam berbagai bentuk dan tingkatan, merupakan bencana yang melanda umat manusia selama ribuan tahun. Saudara dan saudari dari semua etnik: hal ini tidak seharusnya demikian! Pada para korban rasisme, prasangka dan diskriminasi " Anda perlu mengampuni. Efesus 4:32 berkata, "Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu." Mereka yang bersikap rasis memang tidak layak mendapatkan pengampunan kita, namun kita juga lebih tidak layak menerima pengampunan Tuhan! Kepada pelaku-pelaku rasisme, prasangka dan diskriminasi " Anda perlu bertobat dan "serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran." (Roma 6:13). Kiranya Galatia 3:28 dapat terwujud secara penuh, "Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus."
Banyak orang yang salah mengerti dan mengira Alkitab mengatakan, "Jangan mematikan" dan menerapkan hal ini pada perang. Namun, Alkitab sebetulnya mengatakan, "Jangan membunuh" (Keluaran 20:13). Kata Bahasa Ibrani pada dasarnya berarti: mematikan seseorang secara direncanakan lebih dahulu dan dengan kebencian." Allah sering memerintahkan orang-orang Israel untuk pergi berperang dengan bangsa-bangsa lain (1 Samuel 15:3; Yosua 4:13). Allah memerintahkan hukuman mati untuk berbagai kejahatan (Keluaran 21:12; 21:15; 22:19; Imamat 20:11). Jadi Allah bukan sama sekali melarang mematikan orang dalam keadaan apapun, namun yang dilarang adalah pembunuhan. Perang tidak pernah merupakan hal yang baik, namun kadang-kadang dibutuhkan. Dalam dunia yang penuh dengan orang-orang yang berdosa (Roma 3:10-18) perang tidak terhindarkan. Kadang-kadang satu-satunya cara untuk mencegah orang-orang yang berdosa dari melakukan bencana besar adalah dengan memerangi mereka.
Perang adalah hal yang mengerikan! Perang selalu merupakan akibat dari dosa (Roma 3:10-18). Dalam Perjanjian Lama, Allah memerintahkan orang-orang Israel untuk "Lakukanlah pembalasan orang Israel kepada orang Midian," (Bilangan 31:2). Lihat pula Ulangan 20:16-17, "Tetapi dari kota-kota bangsa-bangsa itu yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu, janganlah kaubiarkan hidup apapun yang bernafas, melainkan kautumpas sama sekali, yakni orang Het, orang Amori, orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi, dan orang Yebus, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu." Keluaran 17:16 mengatakan, " Ia berkata: "Tangan di atas panji-panji TUHAN! TUHAN berperang melawan Amalek turun-temurun."" Juga 1 Samuel 15:18, "TUHAN telah menyuruh engkau pergi, dengan pesan: Pergilah, tumpaslah orang-orang berdosa itu, yakni orang Amalek, berperanglah melawan mereka sampai engkau membinasakan mereka." Jelas Allah tidak menentang semua peperangan. Yesus selalu sepaham dengan Bapa (Yohanes 10:300 sehingga kita tidak bisa mengatakan bahwa perang adalah kehendak Allah dalam Perjanjian Lama. Allah tidak berubah (Maleakhi 3:6; Yakoubs 1:17).
Kedatangan Yesus yang kedua kali juga akan penuh dengan kekerasan. Wahyu 19:11-21 mengatakan, " Lalu aku melihat sorga terbuka: sesungguhnya, ada seekor kuda putih; dan Ia yang menungganginya bernama: "Yang Setia dan Yang Benar", Ia menghakimi dan berperang dengan adil. Dan mata-Nya bagaikan nyala api dan di atas kepala-Nya terdapat banyak mahkota dan pada-Nya ada tertulis suatu nama yang tidak diketahui seorangpun, kecuali Ia sendiri. Dan Ia memakai jubah yang telah dicelup dalam darah dan nama-Nya ialah: "Firman Allah." Dan semua pasukan yang di sorga mengikuti Dia; mereka menunggang kuda putih dan memakai lenan halus yang putih bersih. Dan dari mulut-Nya keluarlah sebilah pedang tajam yang akan memukul segala bangsa. Dan Ia akan menggembalakan mereka dengan gada besi dan Ia akan memeras anggur dalam kilangan anggur, yaitu kegeraman murka Allah, Yang Mahakuasa. Dan pada jubah-Nya dan paha-Nya tertulis suatu nama, yaitu: "Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan." Lalu aku melihat seorang malaikat berdiri di dalam matahari dan ia berseru dengan suara nyaring kepada semua burung yang terbang di tengah langit, katanya: "Marilah ke sini dan berkumpullah untuk turut dalam perjamuan Allah, perjamuan yang besar, supaya kamu makan daging semua raja dan daging semua panglima dan daging semua pahlawan dan daging semua kuda dan daging semua penunggangnya dan daging semua orang, baik yang merdeka maupun hamba, baik yang kecil maupun yang besar." Dan aku melihat binatang itu dan raja-raja di bumi serta tentara-tentara mereka telah berkumpul untuk melakukan peperangan melawan Penunggang kuda itu dan tentara-Nya. Maka tertangkaplah binatang itu dan bersama-sama dengan dia nabi palsu, yang telah mengadakan tanda-tanda di depan matanya, dan dengan demikian ia menyesatkan mereka yang telah menerima tanda dari binatang itu dan yang telah menyembah patungnya. Keduanya dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang. Dan semua orang lain dibunuh dengan pedang, yang keluar dari mulut Penunggang kuda itu; dan semua burung kenyang oleh daging mereka."
Adalah salah mengatakan bahwa Allah tidak pernah mendukung perang. Allah bukan anti perang. Dalam dunia yang penuh dengan orang-orang jahat kadang-kadang perang diperlukan untuk mencegah kejahatan yang lebih besar. Kalau Hitler tidak dikalahkan waktu Perang Dunia II berapa banyak lagi orang-orang Yahudi yang akan dibunuh? Jika Perang Saudara tidak terjadi, berapa banyak lagi orang-orang Amerika keturunan Afrika yang akan menderita sebagai budak? Kita harus ingat untuk mendasari kepercayaan kita pada Alkitab dan bukan pada emosi kita (2 Timotius 3:16-17).
Pengkhotbah 3:8 mengatakan, "Ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai." Dalam dunia yang penuh dengan dosa, kebencian dan kejahatan (Roma 3:10-18) perang tidak terelakkan. Beberapa perang lebih "adil" dari yang lainnya, namun semua peperangan pada dasarnya adalah akibat dari dosa. Orang Kristen tidak seharusnya menginginkan perang, namun orang Kristen juga tidak boleh melawan pemerintah yang telah diberi kuasa oleh Tuhan (Roma 13:1-4; 1 Petrus 2:17). Hal yang paling penting yang dapat kita lakukan dalam masa perang adalah berdoa untuk hikmat bagi para pemimpin kita, untuk keselamatan dari anggota-anggota militer kita dan penyelesaian konflik secara cepat, dan korban yang sesedikit mungkin " pada kedua belah pihak (Filipi 4:6-7).
Yesaya 53:5 yang kemudian dikutip kembali dalam 1 Petrus 2:24 adalah ayat kunci mengenai kesembuhan yang sering disalah mengerti dan disalah terapkan. "Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh." (Yesaya 53:5 TB). Kata yang diterjemahkan "sembuh" dapat berarti kesembuhan rohani atau fisik. 1 Petrus 2:24 mengatakan, "Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh." Ayat ini berbicara mengenai dosa dan kebenaran, bukan penyakit. Karena itu "disembuhkan" adalah berbicara soal diampuni dan diselamatkan, bukan disembuhkan secara fisik.
Alkitab tidak secara khusus menghubungkan kesembuhan fisik dengan kesembuhan rohani. Sering kali orang sembuh secara fisik saat mereka menempatkan iman mereka kepada Kristus " namun hal ini tidak selalu terjadi.Kadang Tuhan menyembuhkan, kadang tidak. Rasul Yohanes memberi kita perspektif yang benar, "Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya. Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya" (1 Yohanes 5:14-15). Allah masih membuat mujizat. Allah masih menyembuhkan orang. Penyakit, kesakitan dan kematian masih merupakan realita dalam dunia ini. Kecuali kalau Tuhan kembali dalam kurun waktu 50 tahun, setiap orang yang hidup hari ini akan mati, dan sebagian besar (termasuk orang Kristen) akan mati sebagai akibat dari masalah fisik (penyakit, luka). Tuhan tidak selalu menyembuhkan kita secara fisik.
Akhrnya, kesembuhan fisik secara penuh menanti kita di surga. Di surga tidak akan ada lagi sakit penyakit, penderitaan, atau kematian (Wahyu 21). Kita semua tidak perlu terlalu kuatir dengan kondisi fisik kita di dunia ini dan lebih memperhatikan kondisi rohani kita (Roma 12:1-2). Sebagai hasilnya, kita bisa memusatkan hati kita kepada surga dan ketika kita tidak perlu lagi berurusan dengan masalah fisik kita, Wahyu 21:4 "Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu."
Alkitab banyak berbicara mengenai keuangan. Mengenai berhutang, lihat Amsal 6:1-5; 20:16; 22:7, 26-27 ("Orang kaya menguasai orang miskin, yang berhutang menjadi budak dari yang menghutangi. " "Jangan engkau termasuk orang yang membuat persetujuan, dan yang menjadi penanggung hutang. Mengapa orang akan mengambil tempat tidurmu dari bawahmu, bila engkau tidak mempunyai apa-apa untuk membayar kembali?"). Mengenai sogokan, lihat Amsal 17:8; 18:16; 21:14; 28:21; 17:23 ("Orang fasik menerima hadiah suapan dari pundi-pundi untuk membelokkan jalan hukum."). Mengenai kekayaan, lihat Amsal 10:15; 11:4; 18:11; 23:5; 28:20, ("Orang yang dapat dipercaya mendapat banyak berkat, tetapi orang yang ingin cepat menjadi kaya, tidak akan luput dari hukuman."
Mengenai pemalas dan keuangan lihat Amsal 6:6-11 ("Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen. Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu? "Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring" " maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata.") Mengenai sia-sianya kekayaan, lihat Pengkhotbah 5:8-6:12 (5:9 mengatakan, "Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia.") Juga 1 Timotius 6:6-11. Mengenai memberi, lihat Lukas 6:38; 2 Korintus 9:6-15 (ayat 6-7: "Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.")
Mengenai penatalayanan, lihat Lukas 16:1-13 (ayat 11: "Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya?") Juga Yakobus 1:17. Kita juga bertanggung jawab untuk menyediakan bagi keluarga kita. 1 Timotius 5:8 mengatakan, "Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman."
Secara ringkas, apa yang dikatakan Alkitab mengenai pengaturan keuangan? Jawabannya dapat diringkaskan dalam satu kata: bijaksana. Kita perlu bersikap bijak dengan uang kita. Kita perlu menabung tapi bukan menimbunnya. Kita membelanjakan uang kita, tapi dengan hati-hati dan kontrol. Kita perlu memberi kepada Tuhan, dengan sukacita dan dengan berkorban. Kita perlu menggunakan uang kita untuk menolong orang lain, namun dengan bijak dan dengan pengarahan dari Roh Allah. Tidak ada salahnya menjadi kaya, namun salah untuk mencintai uang. Tidak ada salahnya menjadi miskin, namun salah untuk menghamburkan uang untuk hal-hal yang tidak berguna. Berita Alkitab yang terus menerus dalam soal pengaturan keuangan adalah: bijaksana.